Pantas Ukraina Tetap Tenang di Tengah Gempuran Kabar Invasi Rusia, Terkuak 7 Negara Ini Sudah Ancang-Ancang 'Menghukum' Rusia, China Langsung Bereaksi Begini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Tank Rusia memasuki Ukraina
Tank Rusia memasuki Ukraina

Intisari-online.com - Sejauh ini Rusia sedang berambisi untuk menggempur Ukraina, dan kabar itu terdengar makin keras.

Sementara Rusia terus menambah pasukannya menuju perbatasan Ukraina.

Meski demikian, tampaknya perang tidak akan segera terjadi, dan Ukraina percaya bahwa Rusia tidak akan asal melakukan penyerangan.

Hal itu pun mendapat tanggapan dari beberapa negara.

Ada yang mengutuk tindakan Rusia, sementara di sisi lain salah satu negara terkuat di dunia seperti China masih tenang saja menanggapi situasi ini.

Sejak China dikritik oleh beberapa negara karena "tidak peduli" terhadap krisis perbatasan Ukraina.

China sudah angkat bicara pada 15 Februari setelah tujuh kekuatan besar mengancam akan menghukum Rusia.

Sebelumnya, pada 14 Februari dari G7 sekelompok 7 industri terkemuka di dunia termasuk AS, Jepang, Jerman, Prancis, Inggris, Italia, Kanada.

Baca Juga: Jet Tempur Su-35-nya Batal Dibeli Indonesia, Rusia Buru-buru Pepet India Agar Jet Tempurnya Laku, Ini Jet yang Ditawarkannya

Baca Juga: Gawat Darurat, Situasi di Ukraina Makin Memburuk Disebut Mendekati Krisis, Siapa Sangka Joe Biden Terancam Dalam Bahaya Jika Rusia-Ukraina Berperang, Ini Alasannya

Mereka berencana menghukum Rusia karena diduga menyebabkan ketidakamanan di perbatasan Ukraina, tapi China berpikir bahwa semua pihak harus tetap tenang.

Menurut Beijing, sanksi terhadap Rusia saat ini hanya meningkatkan keretakan dan kebuntuan seputar masalah Ukraina.

"China mendesak semua pihak untuk mengambil pendekatan rasional dan menyelesaikan krisis perbatasan Ukraina-Rusia melalui dialog dan negosiasi," Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan pada surat kabar pertemuan itu.

"Saat ini, menciptakan lebih banyak ketegangan dan spekulasi tentang perang bukanlah tindakan yang bertanggung jawab," katanya.

"Sanksi dan tekanan terhadap Rusia tidak membantu meredakan situasi, tetapi hanya membawa kita ke Perang Dingin yang baru dan bahkan lebih berbahaya," tambahnya.

Sebelumnya, pada 14 Februari, G7 mengancam akan siap menjatuhkan sanksi dengan "konsekuensi langsung dan luas" terhadap ekonomi Rusia akibat ketegangan dengan Ukraina.

"Setiap agresi Rusia terhadap Ukraina akan ditanggapi dengan tanggapan yang terkoordinasi dan cepat," kata G7 dalam sebuah pernyataan bersama.

China dikatakan "lebih rendah kata-kata" di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

Baca Juga: Ukraina Dianggap Siap Gontok-gontokan dengan Rusia, AS Justru Sibuk Minta Warganya di Negara Lain Ini untuk Segera Balik, Ada Apa?

Baca Juga: Dikira Situasi Sudah Makin Genting, Karena Orang-Orang Kaya di Ukraina Sudah Mulai Melarikan Diri Dari Negaranya, Terkuak Ternyata Begini Kondisi Asli Ukraina Saat Ini

Pada 13 Februari, saat mengumumkan evakuasi staf dari kedutaan di Kiev, Perdana Menteri Australia Scott Morrison juga meminta China untuk menghentikan "kebisuan dingin" atas krisis perbatasan Rusia-Ukraina.

"Pemerintah China dengan senang hati mengkritik Australia, tetapi tetap diam tentang pembangunan militer Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina," kata Morrison kepada wartawan.

Artikel Terkait