Intisari-Online.com – Jenghis Khan, pemimpin Mongol legendaris, terkenal karena mendirikan kerajaan terbesar dalam sejarah.
Meski dia seorang pembunuh yang kejam, namun juga seorang inovator militer yang brilian yang mempraktikkan kebijakan ‘menyerah atau mati’.
Jenghis Khan membantai jutaan orang Asia dan Eropa Timur.
Dalam kepemimpinannya, dia juga mempraktikkan toleransi agama dan ras, dan Kekaisaran Mongolianya menghargai kepemimpinan wanita.
Jenghis Khan menikah pada usia 16 tahun, tetapi dia memiliki banyak istri dalam hidupnya dan tentu saja memiliki banyak anak.
Jenghis Khan dan putra-putranya itu menaklukkan orang-orang dari Laut Adriatik hingga Pasifik, mencapai Austria, Finlandia, Kroasia, Hongaria, Polandia, Vietnam, Jepang, dan negara kita sekarang, Indonesia.
Pada puncaknya, bangsa Mongol menguasai antara 11 dan 12 juta mil persegi yang berdekatan, sebuah wilayah seukuran Afrika.
Dalam perkembangan modern, tes DNA telah mengungkapkan sejumlah besar kemungkinan orang, nyatanya, berhubungan langsung dengan raja dari prajurit Mongolia ini, Jenghis Khan.'
Sebuah penelitian genetika sejarah tahun 2003 yang inovatif mengungkapkan, bahwa hampir 8 persen pria yang tinggal di bekas Kekaisaran Mongol membawa kromosom Y yang identik.
Lalu, dari delapan persen itu berarti 0,5 persen dari populasi pria di seluruh dunia, yang berarti 16 juta keturunan yang hidup sekarang.
Kemudian, para ilmuwan telah melacak garis keturunan ini kembali ke sekitar 1.000 tahun yang lalu, dan serangkaian keadaan yang sangat khusus yang diperlukan untuk penyebaran DNA yang begitu luas, mengarahlah pada satu orang, yaitu Jenghis Khan.
Menurut para ilmuwan, mereka telah mengidentifikasi garis keturunan kromosom Y dengan beberapa fitur yang tidak biasa.
Dan itu ditemukan di 16 populasi di seluruh wilayah besar Asia, membenteng dari Pasifik ke Laut Kaspia, dan hadir pada frekuensi tinggi, yaitu delapan persen pria di wilayah ini membawanya.
Dan itu berarti membentuk 0,5 persen dari dunia secara keseluruhan, melansir Ancient Pages.
Pola variasi dalam garis keturunan itu menunjukkan bahwa itu berasal dari Mongolia 1.000 tahun yang lalu.
Penyebaran yang begitu cepat tidak mungkin terjadi secara kebetulan, karena itu pasti hasil dari seleksi alam.
Garis keturunan kemungkinan dibawa oleh keturunan garis laki-laki Jenghis Khan, dan menurut para peneliti itu kemungkinan menyebar melalui bentuk baru seleksi sosial yang dihasilkan dari perilaku mereka, jelas para peneliti dari American Society of Human Genetics.
Jangan pernah lupa, bahwa dalam penaklukannya Jenghis Khan dan putra-putranya terkenal karena kebrutalan dan tindakan pemerkosaan mereka.
Jumlah keturunan yang dibanggakan oleh putra Jenghis Khan sendiri sangat mengejutkan.
Bayangkan putra tertuanya memiliki 40 putra dan banyak putri, salah satu cucunya memiliki 22 anak laki-laki yang sah.
Belum lagi ditambah putra-putranya yang lain dan anak-anak mereka, maka kita akan bisa menghitung kemungkinan begitu banyak orang adalah keturunan Jenghis Khan.
Meskipun teori ini tidak mungkin dipastikan tanpa sampel DNA Khan sendiri, dan kita tidak memiliki akses ke tubuhnya, namun tampaknya kromosom identik ini terkait dengan Jenghis Khan.
Jenghis Khan meninggal pada 18 Agustus 1227, selama pengepungan Ningxia, namun penyebab kematiannya masih belum diketahui dan dikaitkan dengan terbunuh dalam pertempuran, sakit, atau jatuh dari kuda.
Tempat peristirahatan terakhirnya pun masih belum diketahui, meski ada kecurigaan makam Jenghis Khan tersembunyi di Pegunungan Khentii.
Namun diduga tempat itu dilindungi karena orang takut itu dikutuk, tetapi itu hanya rumor dan bukti kuat pun tidak ada.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari