Intisari-Online.com - Ketegangan antaraRusia dan Ukrainatelah mencapai titik didih selama beberapa bulan terakhir.
Bahkan ada kemungkinan konflikantaraRusia dan Ukraina pecah.
Pada bulan September lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memperingatkan perang habis-habisan dengan Rusia bisaterjadi.
Ditambah sejak 2014, lebih dari 14.000 orang tewas dalam konflik di Ukraina timur.
Sekarang, menurut seorang pejabat Amerika Serikat (AS),pasukan Rusia telah meninggalkan area perakitan mereka.
Dilansir dari express.co.uk pada Selasa (15/2/2022), beberapa artileri jarak jauh dan peluncur roket juga telah dipindahkan ke posisi menembak.
Pernyataan pejabat AS itu dibuktikan dengan gambar daricitra satelit yang menunjukkan pergerakan pasukan.
Para pejabat AS yakin Rusia dapat melancarkan invasi ke Ukraina dalam minggu ini.
Meski begitu, masih ada harapan bahwa solusi diplomatik dapat dicapai dalam waktu dekat.
Tentara Rusia sendiri telah mengepung Ukraina di tiga sisi. Mereka bahkan telah menempatkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan.
Tetapi mereka selalu menyangkal bahwa invasi direncanakan.
Dr Paul Flenley, dosen senior politik di Universitas Portsmouth dan pakar kebijakan luar negeri Rusia, mengatakan bahwa konsekuensi dari invasi apa pun akan “sangat besar”.
“Saya pikir Rusia belum siap untuk invasi ke Ukraina," kataDr Paul Flenley.
"Ini karena konsekuensinya akan sangat besar."
"Tapi jika benar terjadi, maka invasi Rusia ke Ukraina dan merebut Kievbisa menjadi bencana bagi semua orang."
Diketahui setelah Perang Dunia 2, bagian barat Ukraina bergabung dengan Republik Sosialis Soviet Ukraina.
Mereka lantas menjadi negara bagian dari Uni Soviet.
Namun negara inimemperoleh kembali kemerdekaannya pada tahun 1991 ketika Uni Soviet runtuh.
Tapi banyak orang di Rusia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan tokoh lain di Kremlin yang masih menganggap Ukraina sebagai bagian dari Rusia.
Vladislav Surkov, tangan kanan Putin dan dijuluki 'orang paling berkuasa' di sana, mengatakan dalam sebuah wawancara tahun 2020 bahwa "tidak ada Ukraina".
Meskipun bahasa Rusia masih digunakan secara luas di seluruh Ukraina, Dr Flenley menjelaskan bahwa negara itu sangat berbeda dengan Rusia.
“Kiev sangat berbeda dari Ukraina timur."
“Tetapi mengambil alih Kiev itu sendiri akan benar-benar gila, dan akan berdampak bagi Rusia di dalam negeri," tutupnya.