Intisari-Online.com - Rusia telah menempatkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina.
Langkah Rusia di perbatasan dengan Ukraina tersebut telah memicu kekhawatiran AS dan Eropa bahwa Rusia akan melancarkan invasi ke Ukraina.
Meski demikian, Presiden Rusia Vladimir Putin telah membantah rencana invasi.
Sementara itu, Inggris dan Uni Eropa menunjukkan sikap bersatu untuk melawan Rusia saat mereka meningkatkan agresi terhadap bekas sekutu Uni Soviet, Ukraina.
Karena prospek invasi Rusia ke Ukraina menjadi lebih besar setiap hari, sekutu Eropa dan NATO sedang mempersiapkan potensi konflik darat di Ukraina jika pembicaraan diplomatik gagal meredakan ketegangan yang sedang berlangsung, melansir Express.co.uk, Jumat (11/2/2022).
Presiden AS Joe Biden telah mengatakan kepada warga AS di Ukraina harus pergi, memperingatkan setiap orang Amerika yang masih berada di negara itu: ”Kita sedang berhadapan dengan salah satu tentara terbesar di dunia. Ini situasi yang sangat berbeda dan segalanya bisa menjadi gila dengan cepat."
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah memperingatkan Eropa menghadapi krisis keamanan terbesarnya dalam beberapa dekade karena ketegangan menunjukkan sedikit tanda-tanda mereda tetapi mendesak Presiden Putin untuk menyelesaikan krisis secara diplomatis.
Sementara Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss menuduh Rusia mendorong “retorika Perang Dingin”.
Johnson mengatakan "sesuatu yang benar-benar bencana bisa terjadi segera" dan memperingatkan "akan ada pertumpahan darah" jika invasi terjadi.
Truss mengatakan pada konferensi pers di Rusia pada hari Kamis: "Masih ada waktu bagi Rusia untuk mengakhiri agresi terhadap Ukraina dan mengejar jalur diplomasi.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR