Menulis tentang kebiasaan Pollio, penulis Seneca the Younger mengatakan: "cum in servum omnia liceant" ("semua hal boleh dilakukan terhadap seorang budak").
Namun, kekejaman Pollio dipandang oleh masyarakat Romawi sebagai sesuatu yang sangat jahat, tercela, dan memalukan.
Dengan demikian, Vedius Pollio menjadi pembicaraan masyarakat Romawi pada saat itu, dan tindakannya banyak disebutkan dalam surat dan tulisan yang masih ada.
Lebih lanjut, Seneca menjelaskan peristiwa itu dari sudut pandang moral, dengan mengatakan: “Budak diizinkan berlari dan berlindung di patung dewa; meskipun undang-undang mengizinkan seorang budak diperlakukan dengan buruk sampai batas tertentu, namun ada beberapa hal yang dilarang oleh hukum umum kehidupan untuk kita lakukan terhadap manusia.”
Sampai ketika praktik kejamnya muncul saat kunjungan teman pribadinya, Kaisar Augustus.
Anekdot itu menjadi pembicaraan di masyarakat dan mengakhiri perlakuan kejam Pollio terhadap budak.
Itu terjadi ketika Augustus datang ke jamuan makan malam formal di vila mewah Vedius yang luas.
Malam itu, seorang pelayan secara tidak sengaja menjatuhkan dan memecahkan kaca kristal.
Marah, Vedius Pollio memerintahkan dia ditangkap dan segera dibuang ke kolam belut moray yang terkenal itu.
Sadar betul betapa biadab dan menyakitkannya kematian seperti itu, budak itu segera berlari ke arah kaisar dan berlutut.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR