Intisari-Online.com -Selama berabad-abad, orang-orang sering menggunakan posisi kekuasaan mereka untuk melakukan kekejaman pada para pelayan.
Perbudakan hadir sepanjang sejarah, tak terkecuali pada sejarah Romawi.
Melansir Ancient Origins, Publius Vedius Pollio merupakan seorang politisi kelas atas Romawi yang terkenal pada zaman kuno karena kekejamannya terhadap budaknya, dan beberapa praktik yang benar-benar sadis.
Perlakuan Publius Vedius Pollio terhadap budaknya begitu mengerikan sehingga sampai membangkitkan seorang kaisar untuk mengambil tindakan.
Sejarah tidak mengingat banyak detail tentang hidupnya meskipun diketahui bahwa ia lahir sekitar abad ke-1 SM, sebagai putra dari pria yang merdeka (artinya ayahnya kemungkinan adalah seorang budak sebelum dibebaskan).
Diperkirakan bahwa Pollio lahir di kota Benevento (bahasa Latin: Beneventum), yang sekarang terletak di Campania, Italia.
Ini diasumsikan dari fakta bahwa Vedius Pollio pernah kaya dan dalam posisi status tinggi karena mendirikan caesareum (kuil) untuk menghormati temannya, Kaisar Augustus.
Hal ini dia lakukan atas kemauannya sendiri dan dari keuangannya sendiri, yang menunjukkan bahwa saat dia sangat kaya. Mendanai pembangunan sebuah kuil adalah usaha dan investasi besar.
Tampaknya Vedius Pollio berhasil mendapatkan persahabatan istimewa dari kaisar Roma, Augustus.
Setelah naiknya kaisar Octavianus Augustus ke takhta, nama Pollio mulai muncul dalam catatan sejarah.
Karena Pollio adalah teman Augustus, dia mendapatkan dukungan tertentu dan naik pangkat lebih cepat.
Dia bahkan diangkat ke posisi penting otoritas di provinsi Romawi di Asia.
Kekayaan Vedius Pollio ditunjukkan dengan beberapa harta yang dimilikinya.
Salah satunya adalah Grotta di Seiano yang terkenal, bagian dari vila tepi laut yang megah dan mewah yang terletak di Phlegraean Fields (Campi Flagrei), dekat dengan Napoli, Italia.
Namun, kekayaan Vedius Pollio dan persahabatannya dengan kaisar bukanlah yang diingat banyak orang darinya.
Kekejamannya yang ekstremlah yang membuatnya “terkenal.”
Baca Juga: Apa Penyebab Utama Perdagangan di Kerajaan Sriwijaya Mengalami Kemajuan yang Pesat?
Dia sangat kejam terhadap banyak budak yang dimilikinya.
Dia memiliki kebiasaan jahat melemparkan budaknya secara hidup-hidup ke dalam kolam besar belut moray yang diapelihara hanya untuk tujuan itu.
Belut ini akan mencabik-cabik manusia dalam hitungan menit. Itu adalah cara mati yang sangat menyiksa.
Meski membunuh budaknya dengan cara ini, Vedius Pollio tidak melanggar hukum Romawi.
Menulis tentang kebiasaan Pollio, penulis Seneca the Younger mengatakan: "cum in servum omnia liceant" ("semua hal boleh dilakukanterhadapseorang budak").
Namun, kekejaman Pollio dipandang oleh masyarakat Romawi sebagai sesuatu yang sangat jahat, tercela, dan memalukan.
Dengan demikian, Vedius Pollio menjadi pembicaraan masyarakat Romawi pada saat itu, dan tindakannya banyakdisebutkan dalam surat dan tulisan yang masih ada.
Lebih lanjut, Seneca menjelaskan peristiwa itu dari sudut pandang moral, dengan mengatakan: “Budak diizinkan berlari dan berlindung di patung dewa; meskipun undang-undang mengizinkan seorang budak diperlakukan dengan buruk sampai batas tertentu, namun ada beberapa hal yang dilarang oleh hukum umum kehidupan untuk kita lakukan terhadap manusia.”
Sampai ketika praktik kejamnya muncul saat kunjungan teman pribadinya, Kaisar Augustus.
Anekdot itu menjadi pembicaraan di masyarakat dan mengakhiri perlakuan kejam Pollio terhadap budak.
Itu terjadi ketika Augustus datang ke jamuan makan malam formal di vila mewah Vedius yang luas.
Malam itu, seorang pelayan secara tidak sengaja menjatuhkan dan memecahkan kaca kristal.
Marah, Vedius Pollio memerintahkan dia ditangkap dan segera dibuang ke kolam belut moray yang terkenal itu.
Sadar betul betapa biadab dan menyakitkannya kematian seperti itu, budak itu segera berlari ke arah kaisar dan berlutut.
Dia memohon bukan untuk kebebasannya, tetapi hanya untuk dibunuh dengan cara yang tidak terlalu menyakitkan.
Augustus terkejut. Dia telah mendengar desas-desus tentang kekejaman Pollio, tetapi melihatnya secara langsung sangat mengerikan.
Baca Juga: Baju Selalu Terilhat Baru, Simak 5 Tips Rahasia yang Wajib Anda Ketahui Berikut Ini
KaisarAugustussegera memerintahkan agar kolam belut ditimbun, dan setiap piring kristal di vila Pollio dihancurkan di depan matanya.
Budak itu tidak dihukum karena “pelanggaran”-nya yang absurd. Sebaliknya, Augustus membebaskannya.
Vedius Pollio tidak keberatan: dia menerimakemarahan kaisar dengan tenang.
Ada kemungkinan peristiwa ini terjadi di kemudian hari dalam kehidupan Pollio.
Dia tampaknya menghormati temannya Augustus, dan sepenuhnya menerima hukumannya dan teguran kekaisaran.
Tidak diketahui apakah Vedius Pollio berhenti dengan perilaku kejamnya atau tidak, tetapi diketahui bahwa setelah itu dia mewariskan salah satu vila mewahnya di Roma kepada kaisar sendiri. Augustus segera menghancurkannya.