Sementara Chief Executive Officer (CEO) startup company comestoarra.com, Arief Noerhidayat mengatakan bahwa agar dapat mengimplementasikan konsep kompor biomassa untuk masyarakat di kabupaten Ende, maka langkah yang harus dilakukan adalah mengimplementasikan teknologi tepat guna.
“Kami sudah melakukan uji coba kompor biomassa, bahkan melakukan sejumlah pengembangan sejak Kami menjalankan TOSS di Bali, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat pada 2017- 2019.
"Dan sejak kami berada di kabupaten Ende, Kami melihat bahwa kompor biomassa sangat dibutuhkan oleh masyarakat," ungkapnya.
Oleh karena itu, pihaknya mencoba membuat kompor biomassa dengan bahan plat besi, kemudian dari tanah liat.
Tetapi, walaupun biayanya terjangkau, tidak semua desa memiliki sumber tanah liat, sehingga muncul ide lain bagaimana membuat kompor yang murah dan mudah diproduksi masyarakat.
"Caranya adalah dengan membuat molding stove (cetakan kompor) biomassa dari plat agar masyarakat mudah untuk mencetak kompor tersebut”, ujar Arief secara rinci.
Cetakan kompor biomassa yang dikembangkan startup company comestoarra.com memang dibuat untuk memudahkan masyarakat dalam memproduksi kompor.
Walaupun dengan bahan semen dan pasir ATAU tanah liat, tapi kompor biomassa tersebut menggunakan konsep Top Lead Up Draft Gasification.
Di situlah tantangan startup company comestoarra.com untuk membuat desain cetakan kompor yang mudah digunakan oleh masyarakat tanpa harus mendalami aspek matematika dan fisika dari kompor tersebut.
“Bagi Saya, teknologi yang canggih belum tentu tepat guna. Tapi teknologi tepat guna pasti mengimplementasikan teknologi yang canggih”, terang Arief.
Arief menambahkan bahwa esensi dari teknologi adalah membantu masyarakat dalam menyolusikan permasalahannya.
"Dan teknologi bukan hanya hardware atau software, tapi juga transfer knowledge yang dilakukan dengan proses capacity building." ungkapnya.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR