Tim memilih dua gas, metana dan karbon dioksida, karena kontribusinya terhadap perubahan iklim, dan memilih nitrogen oksida karena risikonya bagi kesehatan manusia.
Para ilmuwan memasang partisi plastik antara dapur dan ruangan lain dan menggunakan instrumen yang mengukur panjang gelombang cahaya untuk menentukan konsentrasi gas tertentu.
Yang mengejutkan, mereka menemukan lebih dari tiga perempat emisi metana terjadi ketika kompor gas lama dan baru dimatikan.
Risiko kesehatan yang paling signifikan terjadi ketika kompor dinyalakan, menurut para penulis, karena proses tersebut menghasilkna nitrogen dioksida sebagai produk sampingan, melansir Smithsonianmag.
Meningkatkan aliran udara dengan menggunakan tudung jangkauan dapat membantu mengurangi risiko kesehatan pribadi dari peralatan pembakaran gas alam.
Tetapi kebanyakan individu jarang melaporkan penggunaan sistem ventilasi mereka.
Baca Juga: Jangan Keburu Disingkirkan, Bersihkan Saja Kompor Berkerak dengan Bahan Dapur Ini, Begini Caranya
Pada dapur yang kecil, hanya butuh beberapa menit penggunaan kompor tanpa ventilasi dapat menghasilkan tingkat emisi di atas standar kesehatan nasional.
Menurut meta-analisis dari 2013, anak-anak yang tinggal di rumah dengan kompor gas, 42 persen lebih mungkin mengalami gejala yang berhubungan dengan asma, dan 24 persen lebih mungkin didiagnosis dengan asma seumur hidup.
Tidak hanya risiko kesehatan, kompor berbahan bakar gas alam juga membahayakan planet ini dengan melepaskan metana.
Sementara karbon dioksida mendapat perhatian paling besar dalam pembicaraan tentang perubahan iklim.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR