Prasasti Karang Berahi: 'Batu Misterius' Berisi Kutukan dengan Menyebut Para Dewata yang Mengawali Setiap Mantra

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

(Ilustrasi) Patung dari Kerajaan Sriwijaya
(Ilustrasi) Patung dari Kerajaan Sriwijaya

Intisari-Online.com -Prasasti Karang Berahi adalah prasasti dari zaman Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada 1904 oleh seorang kontrolir Belanda bernama L.M. Berkhout.

MelansirKompas.com, Kerajaan Sriwijaya mulai muncul pada abad ke-7, lebih tepatnya pada 683 M.

Berdasarkan prasasti peninggalannya, Kerajaan Sriwijaya yang bercorak Buddha ini terletak di tepi Sungai Musi, atau sekitar Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional sehingga meningkatkan kehidupan social ekonomi negaranya.

Prasasti Karang Berahi sendiriterletak di Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.

Prasasti Karang Berahi menggunakan bahasa Melayu Kuno dan ditulis dalam aksara Pallawa.

Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat.

Sejarah penemuan Prasasti Karang Berahi pertama kali ditemukan oleh L. Berkhout di Bangko, Provinsi Jambi pada 1904.

Baca Juga: Bagaimana Proses Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno pada 732 Masehi?

Baca Juga: Mampu Mengubah Peradaban Majapahit dari Kerajaan Hindu Menjadi Islam Terkuak, Ternyata Inilah Sosok Putri Cempa Wanita yang Konon Mengislamkan Raja Majapahit

Mantan Residen Jambi, O.L. Helfrich, menyatakan bahwa pada awal penemuannya, prasasti ini terletak di kaki tangga masjid dan digunakan sebagai ubin pencuci kaki.

Pada Februari 1906, Residen Palembang, van Rijn van Alkemade membuat cetakan kertas dari Prasasti Karang Berahi.

Cetakan kertas tersebut kemudian dikirim kepada Kern, yang menyatakan bahwa Prasasti Karang Berahi tidak terbaca, tetapi aksaranya mirip Prasasti Canggal yang berangka tahun 732.

Laporan temuan prasasti di Desa Karang Berahi kemudian disampaikan oleh Rouffaer kepada Bataviaasch Genootschap (lembaga kebudayaan pada masa Belanda) pada 1909.

Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi

Setelah itu, keberadaan Prasasti Karang Berahi sempat terlupakan.

Hingga akhirnya pada 1920, Krom menyebutkan dalam salah satu tulisannya bahwa prasasti ini sama dengan Prasasti Kota Kapur yang telah diterbitkan Kern pada 1912.

Krom kembali meneliti Prasasti Karang Berahi yang kemudian dituangkan dalam makalah berjudul De Sumatraansche periode der Javaansche Geschiedenis dan buku berjudul Hindoe-Javaansche Geschiedenis (1926).

Meski dalam Prasasti Karang Berahi tidak disebutkan angka tahunnya, diperkirakan prasasti ini dibuat pada tahun 686 atau 608 Saka.

Baca Juga: 'Kunci' Keruntuhan Majapahit Lahir dari Rahimnya, Inilah Siu Ban Ci, Putri Cina yang Lahirkan Sosok Kepercayaan para Wali Songo

Baca Juga: Nama Kerajaannya Hampir Tidak Pernah Terdengar dalam Sejarah, Tak Disangka Inilah Kerajaan Tertua di Nusantara yang Jadi Cikal Bakal Salah Satu Suku Terbesar di Indonesia

Prasasti Karang Berahi kini disimpan di sebuah cungkup di halaman masjid Desa Karang Berahi.

Salah satu penggalan isi Prasasti Karang Berahi berbunyi:

'Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan yang melindungi provinsi (kedatuan) srivijaya (ini); juga kau Tandrun luah (?) dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan!'

Baca Juga: Terletak di Kalimantan Timur dan Bercorak Hindu, Inilah Kerajaan Kutai Martadipura yang Miliki Bukti Peninggalan Sejarah Tertua, Ketika Runtuh Kerajaan Ini Berubah Menjadi Kerajaan Islam

Baca Juga: Berikut Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Demak pada Akhir Abad ke-15

(*)

Artikel Terkait