Intisari-Online.com – Dalam operasi Barbarossa, ketika tentara Jerman menginvasi Uni Soviet pada Perang Dunia II, Jerman mengirim 3 juta tentaranya.
Operasi Barbarossa yang dimulai tanggal 22 Juni 1941, juga dikirimlah oleh Jerman 19 divisi panser, 3.000 tank, 2.500 pesawat tempur, 600.000 unit kendaraan bermotor, 700.000 ekor kuda, dan 7.000 artileri untuk menyerang Uni Soviet.
Jerman sempat mengungguli Uni Soviet dalam operasi Barbarossa ini.
Tetapi ketika musim dingin tiba, Jerman pun berhasil dipukul mundur oleh Uni Soviet akibat mereka tidak siap menghadapi musim dingin di Uni Soviet.
Seperti masih trauma karena pernah dibikin melempem oleh Uni Soviet saat Perang Dunia II dalam Operasi Barbarossa, kini Jerman memilih hal yang lain untuk membantu Ukraina.
Jerman berencana mengirim fasilitas medis lapangan ke Ukraina, tetapi menolak mengirimkan senjata meskipun ada kekhawatiran akan invasi Rusia.
Di bulan Februari nanti akan ada sebuah rumah sakit lapangan yang lengkap, termasuk pelatihan yang diperlukan.
Untuk itu semuanya dibiayai bersama oleh Jerman sebesar 5,3 juta euro atau $6 miliar (atau sekitar Rp86 triliun).
Demikian Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan kepada surat kabar Die Welt edisi Minggu.
Menurut Lambrecht, Jerman telah memasok respirator dan merawat tentara Ukraina yang terluka parah di rumah sakit militernya selama bertahun-tahun.
Lambrecht juga mengatakan pemerintah Jerman akan melakukan segala daya untuk meredakan krisis dengan Rusia, namun transfer senjata ke Ukraina bukanlah pilihan.
“Pengiriman senjata tidak akan membantu saat ini, karena itu adalah konsensus di pemerintah federal,” katanya.
Ukraina sendiri meminta bantuan pertahanan dari Jerman, dengan mengatakan “sangat membutuhkan 100.000 helm dan rompi pelindung bagi para sukarelawan yang baru saja mendaftar ke militer untuk membela tanah air mereka besama dengan angkatan bersenjata.”
Itu diucapkan Duta Besar Ukraina untuk Jerman, Andrij Melnyk, lewat surat kabar Handelsblatt (22/1/2022).
Menurut Melnyk, keseriusan situasi menuntut pemikiran ulang segera dan perubahan arah dari pemerintah koalisi Jerman mengenai masalah pengiriman senjata ke Ukraina.
Sementara, pengiriman pertama paket dukungan keamanan AS senilai $200 juta (sekitar Rp2,8 triliun) untuk Ukraina tiba di Kyiv pada Sabtu (22/1/2022), menurut kedutaan AS, melansir Aljazeera.
Negara-negara Baltik seperti Estonia, Lativia, dan Lithuania, akan mengirimkan rudal anti-tank dan anti-pesawat buatan AS ke Ukraina.
Rusia, menggambarkan bahwa pasokan senjata Barat ke Ukraina sebagai sangat berbahaya, dan dianggap langkah itu tidak akan mengurangi ketegangan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari