Intisari-online.com - Sepekan ini kabar mengenai Inggris yang kirimkan senjata militer ke Ukraina menjadi perbincangan publik.
Inggris dengan berani memberikan pasokan senjata militer berbahaya ke Ukraina untuk memberikan perlawanan ke Rusia.
Sementara itu beberapa negara melarang tindakan Inggris tersebut, karena bisa membahayakan situasi.
Kini giliran Rusia melakukan pergerakan, di mana kapal perangnya juga mulai dikerahkan.
Menurut laporan terbaru, Rusia kirimkan kapal perangnya melewati lautan Inggris.
Enam kapal amfibi Rusia yang sarat dengan senjata berlayar dari Laut Baltik, melewati perairan Inggris pada 19 Januari, dan kemungkinan besar menuju Ukraina.
Dalam beberapa hari terakhir, Rusia telah mengirimkan tiga kapal amfibi kelas Ropucha dari Armada Baltik dan tiga lainnya dari Armada Utara.
Kapal Korolev, Minsk dan Kaliningrad melewati perairan selatan Inggris pada 19 Januari, dan tiga kapal Oenegorsky Gornyak, Pyotr Morgunov, dan Georgii Pobedonosets melewati Denmark pada 17 Januari.
Kapal amfibi kelas Ropucha memiliki bobot perpindahan maksimum 4.100 ton, yang dikembangkan selama era Soviet.
Setiap kapal pendarat Rusia dapat membawa 25 pengangkut personel lapis baja atau 10 tank tempur utama dan ratusan tentara.
Kapal dapat mendukung serangan itu berkat persenjataan yang kuat dengan laras ganda 57mm atau meriam tunggal 76.2mm, peluncur roket 122mm.
Kapal ini juga dilengkapi dengan rudal pertahanan udara jarak pendek dan sistem pertahanan jarak dekat AK-630.
Menurut British Daily Mail, pelayaran kapal-kapal ini sangat mirip dengan pergerakan pasukan Rusia dari utara ke Mediterania dan Laut Hitam.
"Jika Rusia menyerang Ukraina dari selatan, Armada Laut Hitam pasti akan melancarkan serangan amfibi di Laut Azov,"kata pakar militer Thomas baru.
"Kedatangan kapal amfibi sebesar itu secara signifikan dapat menambah sumber daya armada ini," tambahnya.
Pada 19 Januari, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan Rusia "dapat menyerang Ukraina dengan "pernyataan singkat".
Blinken berbicara ketika dia bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kedutaan Besar AS di Kiev.
Blinken mendesak Putin untuk memilih solusi diplomatik, daripada solusi militer.
Karena jika memutuskan untuk memprovokasi, Rusia harus menanggung konsekuensi yang berat.
"Saya sangat berharap kita bisa menempuh jalan perdamaian dan dialog, tapi itu terserah pada Tuan Putin," kata Blinken.