Menurut arkeolog, temuan itu memiliki nilai sejarah tinggi karena usianya bisa jadi sebelum Kerajaan Sriwijaya ada.
Namun, masyarakat pemburu harta karun memilih untu menjualnya ke toko emas demi mendapatkan uang kontan.
Berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, di Thailand peninggalan Sriwijaya diabadikan di museum, sehingga pengunjung bisa mempelajari sejarah kerajaan tersebut.
Museum Nasional Bangkok, Thailand, memfasilitasi pengunjung untuk berlajar tentang sejarah, budaya, dan seni Thailand melalui koleksi artefak, perhiasan, dan tembikar langka dari prasejarah hingga era Sriwijaya.
Dalam museum ada ruang-ruang yang dikhususkan untuk mempelajari sejarah dari berbeda, termasuk Ruang Sriwijaya.
Di Ruang Sriwijaya, dapat dibagi menjadi tiga zona untuk menggambarkan bagaimana pengaruh Sriwijaya meluas ke kota-kota pesisir selatan Thailand, melansir Bangkok Post (11 November 2021).
Kembali pada abad ke-3, 10 pemukiman di garis pantai Teluk Thailand merupakan pusat perdagangan terkemuka bagi pedagang laut India dan China, yang menghasilkan pertukaran budaya.
Menurut prasasti, Kerajaan Sriwijaya berkembang di Teluk Thailand dari abad ke-8 hingga ke-13 dan memperluas wilayahnya ke Indonesia.
Kesenian Sriwijaya merupakan perpaduan antara gaya Gupta, Post-Gupta dan Pala-Sena yang menggunakan bahan utama batu dan perunggu, serupa dengan kesenian di pulau Jawa dan Sumatera.
Selain pengaruh seni India, gaya Dvaravati dan Khmer juga ditampilkan di banyak situs bersejarah dan artefak di sepanjang wilayah pesisir ini.
Source | : | kompas |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR