Dan pasa masa ini pula Kesultanan Banjar tidak lagi membayar upeti kepada Kesultanan Demak.
Wilayah Kesultanan Banjar pun berhasil diperluas dengan menduduki Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir, Kahayan Hulu, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam-asam, Kintap, dan Swarangan.
Kemudian terjadi perpindahan kekuasaan kepada Sultan Tamjidullah dengan mengangkat Pangeran Nata Dilaga sebagai sultan, pada abad ke-18, yang menyebabkan perpecahan di dalam kerajaan.
Pangeran Amiir meminta bantuan pamannya, Arung Tarawe untuk menyerang Kesultanan Banjar dengan pasukan orang Bugis, dan untuk mempertahankan takhtanya, Pangeran Nata Dilaga meminta bantuan VOC.
Kesepakatan VOC, meskipun pasukan orang Bugis berhasil dikalahkan, akhirnya merusak adat kerajaan dan menjadi salah satu penyebab pecahnya Perang Banjar pada tahun 1859.
Pangeran Antasai diberi kepercayaan oleh Pangeran Hidayatullah untuk menghimpun kekuatan melawan Belanda,namun ini membuat Pangeran Hidayatullah diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat.
Sehingga, Pangeran Antasari diangkat sebagai sultan Kesultanan Banjar.
Pada tahun 1862, Pangeran Antasari mangkat dan takhtanya diteruskan oleh Sultan Seman, yang terus memberikan perlawanan kepada Belanda.
Namun, Sultan Seman pun meninggal pada 1905 dalam pertempuran, dan berakhirlah riwayat Kesultanan Banjar.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR