Intisari-online.com - Pulau Papua memang memiliki beragam suku yang mendiami pulau tersebut.
Pulau itu juga terbagi menjadi dua negara, Papua Barat di Indonesia, dan Papua Timur atau Papua Nugini.
Banyak sekali suku yang mendiami pulau tersebut, dan ketika perang antar suku pecah kejadian brutal pun tak bisa dihindari.
Seperti kejadian yang berlangsung tahun 2019 silam ini.
Menurut laporan Daily Mirror, pada Juli 2019, sebuah pembantaian massal dilakukan di provinsi Hela di Papua Nugini.
Dalam insiden ini banyak korban berjatuhan dan tak pandang bulu siapa yang menjadi korbannya.
Dikatakan ada 2 wanita hamil, dan banyak anak-anak termasuk 24 orang menjadi korban dalam pembantaian suku tersebut.
Korban ditikam, dan ditembak sebelum tubuhnya dipotong lalu di bawa ke desa Karida, Provinsi Hela.
Korban dari pembataian suku itu ada dua wanita, dan delapan anak-anak berusia 1-15 tahun.
Namun, dalam penyerangan suku tersebut tak diketahui asal-usul dan latar belakang masalahnya.
Kelompok suku tersebut diyakini melakukan serangan atas nama balas dendam, akibat pembantaian sebelumnya yang menewaskan 7 orang.
Sementara serangan di Hela itu terjadi pada pagi buta, pada waktu itu penduduk desa tak sadar mendapat tamu.
Kemudian, saat mereka membuka pintu penyerangan dilakukan dengan senapan hingga menewaskan penduduk sekitar.
Mereka kemudian menyerang penduduk desa dengan pisau dan membakar semua rumah.
Philip Karida, petugas kesehatan Karida mengatakan, "saya bangun pagi, dan pergi ke dapur, namun ada suara senjata dan beberapa rumah terbakar, saya sadar ada musuh di desa."
"Aku lari dan bersembunyi di semak-semak, namun pukul 9-10 aku kembali tubuh-tubuh sudah terpotong, dan rumah-rumah sudah terbakar," katanya.
Kepala polisi Teddy Augwi, yang memeriksa kejadian itu mengatakan, "ini bukan pertarungn suku di mana penduduk desa saling berhadapan di medan perang."
"Ini adalah pertarungan gerilya yang berarti mereka saling bersembunyi, dan menyergap musuh," katanya.
Usai insiden tersebut, Pimua bresama penduduk membungkus korban yang terbunuh dan melarikan diri dari desa.
Perdana Menteri Papua Nugini James Marape pun ikut buka suara, "Banyak anak-anak tak bersalah terbunuh di desa Munima, dan Karida, di daerah pemilihan saya oleh orang bersenjata."