Selama fase desain awal, B-52 semakin berkembang menjadi pesawat dengan delapan mesin jet yang mampu terbang ribuan mil tanpa mengisi bahan bakar.
Jangkauannya saat ini sekitar 8.600 mil saat terbang dengan kecepatan 525 mil per jam dengan muatan bom 35 ton, meskipun dapat diisi bahan bakar di udara dan terbang lebih jauh.
Di Afghanistan, operator B-52 menunjukkan kemampuan mereka untuk menawarkan dukungan udara jarak dekat kepada pasukan darat menggunakan berbagai senjata berpemandu presisi.
Pembom dapat melakukan pengawasan maritim dan kontrol laut di wilayah yang luas, meletakkan ranjau jika diperlukan.
Kapasitas mereka untuk tetap di udara untuk jangka waktu yang lama membuat mereka ideal untuk pengawasan atau jamming elektronik.
Pesawat itu bukan siluman tetapi penanggulangan elektronik, umpan derek, dan tindakan lain telah dipasang pada pembom untuk menggagalkan upaya musuh untuk menargetkannya.
Pada tahun 2010, Angkatan Udara membuat keputusan untuk menghentikan penempatan bom gravitasi nuklir ke B-52, memahami bahwa misi pencegahannya bergantung pada sasaran dengan rudal jelajah dari luar jangkauan pertahanan musuh.
Salah satu alasan Angkatan Udara berencana untuk tetap menerbangkan Stratofortress hingga tahun 2050 adalah karena sebagian besar B-52 dalam armada siap beraksi dalam waktu singkat pada hari tertentu.
Angkatan Udara telah membuat kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan tingkat kemampuan misi B-1 dan B-2, tetapi tidak ada pembom yang diharapkan dapat menandingi kesiapan tempur B-52.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR