Intisari-online.com - Saat ini situasi antara Rusia dan Ukraina memang tengah memanas, dan keduanya siap berperang kapan saja.
Namun, Rusia belakangangan sudah menyiapkan beragam peralatan tempurnya termasuk rudal nuklirnya.
Tak hanya Ukraina, negeri Beruang Merah juga peringatkan akan mengirim rudal nuklirnya ke Eropa.
Ini disebabkan ketegangan antara Rusia dan Barat yang telah mencapai puncaknya sejak Perang Dingin.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengeluarkan peringatan di atas.
Mengatakan bahwa Rusia akan dipaksa untuk bertindak jika Barat menolak untuk menandatangani perjanjian pengendalian nuklir INF di Eropa.
Perjanjian itu merupakan salah satu syarat Rusia untuk meredakan ketegangan di Ukraina.
Berbicara kepada kantor berita RIA Novosti, Ryabkov mengatakan kurangnya kemajuan dalam upaya politik dan diplomatik adalah alasan mengapa Rusia menanggapi dengan solusi militer.
"Ini adalah konfrontasi dan itu akan menjadi babak berikutnya," kata wakil menteri luar negeri, merujuk pada pengiriman rudal nuklir ke Eropa.
Rudal jarak menengah dengan hulu ledak nuklir dilarang ditempatkan di Eropa berdasarkan perjanjian 1987 yang ditandatangani antara pemimpin Rusia Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan.
Pada tahun 1991, kedua belah pihak telah menghancurkan hampir 2.700 rudal nuklir jarak menengah.
AS menarik diri dari perjanjian INF pada 2019, menuduh Rusia diam-diam mengembangkan rudal jelajah yang diluncurkan dari darat.
Rudal 9M728 (oleh NATO disebut Obeng), memiliki jangkauan hingga 5.500 km dan dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.
Menurut pengamat, Rusia dapat mengirim rudal jarak menengah yang dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir ke wilayah Eropanya, di sebelah barat Ural.
Serangan kilat Rusia dengan rudal jarak menengah bisa membuat negara-negara Eropa tidak berdaya.
"Ini adalah sinyal dari Rusia bahwa mereka ingin NATO dipaksa untuk menyetujui beberapa persyaratan untuk mengurangi ketegangan," kata Gerhard Mangott, pakar kebijakan luar negeri dan pengendalian senjata di Universitas Innsbruck di Austria.
Ini adalah pernyataan terbaru Ryabkov, setelah berkomentar bahwa krisis saat ini mengancam untuk memicu bencana nuklir, seperti krisis rudal Kuba tahun 1962.
Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, ada tanda-tanda bahwa AS dan NATO ingin mendekatkan rudal jarak menengah ke wilayah Rusia.
Bulan lalu, AS memulihkan Komando Artileri ke-56, yang berbasis di barat Mainz-Kastel, Jerman.
Ini adalah kekuatan yang dilengkapi dengan rudal nuklir untuk menghalangi Uni Soviet selama Perang Dingin.
NATO menegaskan tidak akan mengizinkan AS mengirim rudal baru ke Eropa.
Tetapi Rusia mengklaim bahwa komitmen harus dijamin oleh perjanjian dan tanda tangan khusus.
Rusia juga meminta NATO untuk menandatangani komitmen untuk tidak mengizinkan Ukraina bergabung dengan aliansi militer.