Intisari-Online.com -Candi Borobudur diketahui sebagai mahakarya arsitektur Buddha peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, yang terletak di Magelang, Jawa Tengah.
Keduanya dibangun pada era Jawa Klasik, yaitu antara tahun 775-900 M.
Borobudur adalah candi bercorak Budha sementara Prambanan bercorak Hindu.
Borobudur hanyalah berfungsi sebagai tempat pemujaan.
Sementara Prambanan memiliki fungsi selain tempat pemujaan, yakni sebagai pemakaman para raja dan tempat menyimpan harta.
Hingga saat ini, Borobudur tetap menjadi candi Buddha terbesar di dunia, yang setiap bangunannya memiliki karakteristik dan makna tersendiri.
Karena berbagai alasan itulah, Candi Borobudur ditetapkan oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia pada 1991.
Setelah sempat terkubur lama, candi ini ditemukan kembali pada 1814, ketika Thomas Stamford Raffles menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Jawa.
Pada 1970-an dan 1980-an, restorasi besar-besaran dilakukan sebagai upaya penyelamatan bangunan bersejarah ini.
Sejak ditemukan kembali, Borobudur terus menjadi objek penelitian para ahli dari dalam maupun luar negeri.
Melansir Indonesia.go.id, ahli purbakala Belanda, WF Stutterheim menyebut, ada relasi kuat antara Candi Prambanan dan Borobudur serta candi-candi Buddhis lainnya.
Ia menduga ada keterlibatan langsung Wangsa Sailendra dalam pembangunan candi-candi itu.
Stutterheim menjelaskan, Wangsa Sailendra sendiri berasal dari India.
Mereka kemudian menetap di Sumatera dan mendirikan Kerajaan Sriwijaya.
Setelah itu, mereka memperluas kekuasaan hingga ke tanah Jawa.
Di Jawa Tengah, wangsa ini kemudian mendirikan candi-candi, termasuk Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Candi Borobudur dibangun oleh Wangsa Sailendra sementara Candi Prambanan dibangun oleh Wangsa Sanjaya.
Pakar epigrafi dan sejarah kuno Indonesia, Boechari, mengatakan bahwa kedua bangunan monumental itu didirikan oleh wangsa yang sama.
Menurut analisisnya, keturunan Wangsa Syailendra yang semula memeluk agama Hindu kemudian berpindah agama menjadi Budha semenjak diperintah oleh Raja Sangkara.
Raja Sangkara ini diduga kuat adalah Rakai Panangkaran.
Di kemudian hari, pengganti Rakai Panangkaran, yaitu Rakai Pikatan, berbalik lagi memeluk agama Hindu.
Melihat besarnya ukuran dan keunikan aristekturnya, pembuatan Candi Borobudur memakan waktu puluhan bahkan seratus tahun lebih dan selesai dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga (820-840 M).
Namun, beberapa sejarawan menyebut bahwa pembangunan Candi Borobudur dimulai oleh Dinasti Sanjaya, tetapi baru dapat diselesaikan oleh Dinasti Syailendra, yang periode kepemimpinannya menjadi masa keemasan Mataram Kuno.
Pasalnya, pada saat itu agama Hindu dan Buddha sama-sama berkembang di Pulau Jawa.
(*)