Intisari-Online.com - Hingga saat ini, keberadaan pesawat Boeing 777-200 Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 masih menjadi misteri usai hilang pada 8 Maret 2014 silam.
MH370 merupakan penerbangan dengan rute Kuala Lumpur-Beijing yang ketika itu lepas landas dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada pukul 00.41 waktu setempat, tetapi tak pernah sampai ke tujuan.
Diketahui, pesawat tersebut membawa 239 orang, dengan rincian 227 penumpang dan 12 awak pesawat.
Pada 29 Januari 2015, Pemerintah Malaysia mengeluarkan pernyataan resmi mengenai status pesawat MH370 yang hilang merupakan sebuah kecelakaan dan seluruh korban dinyatakan tewas.
Tujuh tahun berlalu sejak hilangnya MH370, beragam teori tentang keberadaan dan penyebab pesawat tersebut jatuh masih terus bermunculan.
Seperti yang diungkapkan seorang pensiunan insinyur Inggris Richard Godfrey (71).
Ia yakin bahwa MH370 berada di dasar laut sekitar 1.200 mil sebelah barat Perth, Australia Barat. Dia pun memiliki teori tentang bagaimana MH370 berakhir di sana dan mengatakan bahwa sang pilot membajak pesawat itu.
Melansir The Week (6/12/2021), Richard Godfrey, yang merupakan insinyur kedirgantaraan, percaya bahwa pilot MH370, Kapten Zaharie Ahmad Shah, memiliki motif politik.
“Pandangan saya saat ini adalah bahwa kapten membajak dan mengalihkan pesawatnya sendiri," katanya kepada The Times.
Godfrey menemukan bahwa pada satu titik selama penerbangan, pilot pesawat mengikuti sebuah rute seperti yang telah dia rencanakan pada simulator penerbangan yang ditemukan di rumahnya.
Kemudian, elemen penting dalam teori Godfrey adalah pola penahanan selama 22 menit yang dilakukan pilot pada pesawat.
Zaharie Ahmad Shah, pilot pesawat tersebut, adalah pendukung oposisi Malaysia dan kenalan pemimpinnya, Anwar Ibrahim.
Pada hari sebelum penerbangan naas itu, Anwar dijatuhi hukuman lima tahun penjara atas tuduhan sodomi yang diyakini oleh pendukungnya bahwa itu palsu dan bermotivasi politik.
Godfrey berspekulasi bahwa Zaharie mungkin telah berusaha untuk menegosiasikan pembebasan Anwar selama 22 menit berputar di lepas pulau Sumatera, Indonesia.
"Mungkin entah bagaimana negosiasi itu salah dan dia akhirnya terbang ke bagian terjauh di selatan Samudera Hindia," katanya.
Meskipun Godfrey mengaku tidak memiliki bukti dan diskusi tentang motif pilot pada tahap ini hanyalah 'spekulasi', tetapi ia yakin ada informasi yang disembunyikan atas tragedi itu.
"Bagi saya, jelas masih ada informasi tertentu yang disembunyikan, terutama oleh pemerintah Malaysia," katanya.
Selain itu, teorinya pun mendapat banyak dukungan.
The Times mengatakan bahwa laporan Godfrey "dengan kesepakatan luas yang paling dekat dibanding siapa pun sejauh ini untuk memecahkan misteri penerbangan terbesar di dunia".
Baca Juga: Wawasan Nusantara: Beginilah Hakikat Seutuhnya Wawasan Nusantara Bagi Bangsa
Sementara itu, Airline Ratings mengatakan teori Godfrey telah menerima 'dukungan ahli'.
Godfrey mengatakan bahwa teorinya muncul setelah penyelidikan yang melelahkan, yang membuatnya "berlari selama delapan jam sehari selama tujuh tahun".
The Times menggambarkan bagaimana Godfrey “menghabiskan hari-harinya mempelajari data yang telah dia kumpulkan dengan sabar pada komunikasi satelit, sinyal radio jarak jauh, penyimpangan samudera, teknologi pencarian bawah air, dan simulasi penerbangan”.
Area yang diyakini Godfrey saat pesawat jatuh adalah radius 40 mil laut, jauh lebih kecil dari pencarian sebelumnya.
Baca Juga: Apa Saja Contoh Pengamalan Sila ke-1 di Lingkungan Sehari-hari?
(*)