Intisari-Online.com - Selain Kerajaan Majapahit, KerajaanPajajaran juga termasuk kerajaanbercorak Hindu terbesar di Indonesia.
KerajaanPajajaran diperkirakan berpusat di Pakuan (Bogor sekarang), Jawa Barat.
Kerajaan ini berhasil mencapai puncak keemasannya pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi (1482-1521 M).
Pada masa kepimpinannya,kerajaan dalam keadaan teratur dan tenteram.
Sayangnya, pada 1579, Kerajaan Pajajaran runtuhakibat serangan dari kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten.
Walau Pajajaran telah runtuh, ada beberapa peninggalan mereka yang tersebar di beberapa tempat.
Di antaranyaBabad Pajajaran, Carita Parahyangan, Carita Waruga Guru, Prasati Batu Tulis (Bogor), Prasasti Sanghyang Tapak (Sukabumi), Prasasti Kawali (Ciamis), Tugu Perjanjian Portugis, dan Taman Perburuan (sekarang menjadi Kebun Raya Bogor)
Selain itu ada Watu Gilang.
Apa itu Watu Gilang?
Dilansir darikebudayaan.kemdikbud.go.id pada Kamis (2/12/2021),Watu Gilang adalahtempat penobatan raja-raja di Kesultanan Banten.
Watu Gilang merupakansebuah batu andesit.
Bentunya segi empat berukuran panjang 190 cm, lebar 121 cm dan tebal 16,5 cm dengan permukaan datar.
Batu tersebut berada di depan pintu gerbang utara Keraton Surosowan dekat alun-alun.
Ada sebuah cerita dalamBabad Bantenpupuh XVIII.
TertulisSunan Gunung Jati menyuruh anaknya Maulana Hasanuddin untuk mendirikan kota di dekat pantai.
Dia memberi petunjuk bahwa pasar hingga alun-alun harus dibangun.
Akan tetapi Watu Gilangtidak boleh dipindahkan dari tempatnya.
Alasannyajika Watu Gilang dipindahkan, maka hal itu berarti jatuhnya negeri itu.
Namun berdasarkan catatan sejarah dalamSerat Banten, Watu Gilang justru dipercaya berasal dari Kerajaan Pajajaran.
Konon ini karenaKerajaan Pajajaran ditaklukan olehKesultanan Banten.
Sehinggaada kepercayaan soal pemindahan Watu Gilang dari bekas pusat Kerajaan Pajajaran yang Hindu ke pusat Kerajaan Banten yang Islam.
Yakini kesaktian raja-raja Sunda bisa turun ke raja-raja Banten.
Jadi,Watu Gilangdianggaptidak sesuai dengan agama Islam.