Advertorial
Intisari-Online.com -Kekuasaan kerajaan Majapahit membentang begitu luas, namanya disegani berbagai kerajaan di Asia.
Meski berhasil mempersatukan wilayah Nusantara bahkan hingga Malaysia dan Filipina.
Tak terkecuali daerahPulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang didiami oleh suku Sasak.
Dilansir dari Kompas.com mengutip Identitas Orang Sasak karya Dedy Wahyudin, suku Sasak mengalami perpindahan kekuasaan dari pihak luar berkali-kali.
"Pengalaman getir penjajahan atau penaklukan berulang-ulang dialami bangsa Sasak sejak abad ke-14," tulis Wahyudin.
Kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit dan Karangasem, hingga penjajah seperti Belanda dan Jepang silih berganti menguasi wilayah ini.
Pergantian kekuasaan berkali-kali di wilayah tersebut menciptakan identitas tersediri di antara masyarakat Suku Sasak.
Agama dan kepercayaan suku Sasak
Dilansir dari Mengenal Suku Sasak, Salah Satu Suku Asli di Indonesia yang disusun Pusat Data Analisa Tempo, kerajaan-kerajaan kecil dengan kepercayaan animisme dan dinamisme berdiri di Lombok sebelum Majapahit menguasai Nusantara.
Kerajaan Selaparang merupakan kerajaan terbesar di wilayah tersebut.
Akan tetapi, kerajaan tersebut akhirnya takluk setelah diserang Majapahit pada 1357.
Masyarakat suku Sasak yang awalnya memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme kemudian mulai memeluk agama Hindu-Buddha.
Kekuasaan Majapahit atas wilayah tersebut runtuh pada abad ke-16.
Keruntuhan Majapahit bersamaan dengan munculnya Kerajaan Islam Demak di Jawa.
Persebaran agama Islam ini juga sampai ke wilayah Pulau Lombok.
Desa Bayan dipercaya masyarakat setempat sebagai pintu gerbang masuknya Islam di Suku Sasak.
Desa ini terletak di Kabupaten Lombok Utara, NTB.
Tokoh yang pertama kali menyebarkan Islam di Lombok hingga kini masih sulit untuk dipastikan.
"Ada yang mengatakan Islam dibawa oleh Gaos Abdul Eazak dari Baghdad.
Versi lain menyebutkan, penyiar Islam pertama adalah Sunan Perapen alias Pangeran Songopati dari Jawa," papar Pusat Data dan Analisa Tempo dalam buku tersebut.
Agama Islam diyakini telah masuk ke daerah tersebut ratusan tahun yang lalu.
Hal itu karena ada banyak peninggalan yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno atau Jawa Kawi yang menjadi bukti berkembangnya ajaran Islam.
Para ahli menemukan sejumlah naskah kuno yang ditulis pada daun lontar, kulit kambing, atau bambu yang berisi tentang agama.
Mereka juga menemukan sebuah kitab Quran yang ditulis tangan pada lembaran kulit kambing.
Kitab tersebut konon dibawa oleh Sunan Perapen pada abad ke-16 setelah Majapahit runtuh.
(*)