Intisari-online.com - Keberadaan Kerajaan Majapahit, memang diungkapkan dalam prasasti dan kitab-kitab kuno.
Namun, wujud kerajaan tersebut masih misteri hingga kini bahkan tidak diketahui seperti apa bentuknya.
Meski demikian bersarkan penelusuran, ada sebuah catatan yang berhasil mengungkap wujud asli kerajaan Majapahit.
Awalnya kepala Arkeologi Belanda, Willem Frederik Stutterheim (1892-1942) menemukan rekonstruksi Majapahit.
Namun, dalam monofrafnya tidak memberi tahu lokasi tepatnya.
Lalu tahun 1932, Stutterheim menulis naskan Ma Huan, atas dasar penelitian yang dilakukan olehnya.
Untuk diketahui, Ma Huan adalah tukang catat Laksamana Cheng Ho, penjelajah asal China yang melakukan ekspedisi ke berbagai bandar perdagangan dunia 1405-1433.
Salah satu tempat yang disinggahi oleh laksamana Cheng Ho adalah wilayah pesisir pulau Jawa.
Dalam catatan yang diterbitkan pada 1451, Ma Huan menulis empat bandar pesisir Pulau Jawa.
Di antaranya adalah Tuban, Gresik, Surabaya dan Majapahit, yang memiliki pagar tinggi di sekelilingnya.
Tak hanya itu saja, catatan itu juga mengungkapkan istana Majapahit dalam keterangannya.
Manurut catatan Ma Huan, istana kerajaan Majapahit memiliki tembok setinggi tiga chang atau tiga tombak.
Kurang lebih 9.4 meter untuk ukuran sekarang.
Kemudian sekelilingnya kira-kira 200 paces, atau kurang lebih 310 meter.
Dalamnya terdapat dua lapis pintu gerbang.
Pintu gerbang pertama adalah pintu masuk kedalam lingkungan keraton.
Kemudian untuk pintu gerbang kedua, adalah pintu gerbang pribadi yang digunakan oleh raja dan kerabat terdekatnya masuk istana.
Penjagaan keraton sangat ketat bahkan dikatakan sangat berlapis.
Namun, kondisi keraton digambarkan terlihat rapi dan bersih menurut catatan tersebut.