Advertorial

Gadis-gadis Belasan Tahun yang Harus Berani Hadapi Tembakan Musuh, Inilah Kisah 'Army Girls' dalam Perang Dunia II, Dipilih karena Usia Mereka Memberi Keuntungan

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Rupanya dalam sejarah militer Inggris, wanita hanya pernah wajib militer ketika Perang Dunia Kedua berkecamuk.

Para gadis belasan tahun direkrut sebagai prajurit, yang terkadang harus berani menghadapi tembakan musuh.

Kini, beberapa dari mereka ada yang masih hidup, menjadi saksi bagaimana para gadis Inggris terlibat dalam ganasnya Perang Dunia Kedua.

Melansir mirror.co.uk (17/11/2021), sebuah buku menangkap kisah-kisah luar biasa dari beberapa veteran terakhir yang masih hidup di era itu.

Baca Juga: Tanpa Militer, ChinaSukses Bikin Australia Jantungan Setelah Taktik Licik Negeri Panda Terkuak, Ingin Kuasai Negara-negara Miskin Termasuk Negara Tetangga Indonesia Ini

Army Girls, oleh sejarawan Dr Tessa Dunlop, digambarkan sebagai para wanita luar biasa yang bertugas di Perang Dunia Kedua.

Mereka adalah gadis-gadis belasan tahun yang ikut memperkuat pasukan Inggris kala itu.

Gadis-gadis muda itu dipilih tak lepas dari usia mereka yang dianggap memberi keuntungan.

Inilah kisah Army Girls yang ikut memperkuat Inggris dalam Perang Dunia Kedua.

Baca Juga: Dari Orang Kecil yang Tumbuh Dibenci Orang Tuanya, Ternyata Begini Awal Mula Ken Arok Hidup sebagai Pencuri, hingga Dipilih Dewa Menjadi Seorang Raja

Menurut Dr Tessa Dunlop para gadis muda sengaja ditargetkan karena itu adalah kelompok usia yang diidentifikasika sebagai usia yang bebas komitmen, pekerja keras, serta sehat dan patuh.

“Gadis-gadis ini diharapkan untuk melayani siang dan malam, dalam segala cuaca, jauh dari rumah dan terkadang di bawah tembakan musuh dan di luar negeri.

“Sebagian besar melakukan apa yang diperintahkan dan tidak mengeluh," katanya.

Dikisahkan tiga dari mereka adalah Barbara, Betty Webb, dan Daphne.

Baca Juga: Ada Peninggalan Nabi Muhammad hingga Terbuat dari Batu Meteor, Inilah 3 Asal Usul Benda Pusaka yang Konon Sakti Mandraguna

Barbara (96) berusia 17 tahun ketika dia mendaftar pada tahun 1943, dan dilatih untuk menjadi pengemudi di Camberley, Surrey, dengan Auxiliary Territorial Service.

Ketika itu, ia bekerja sebagai operator telepon di sebuah pabrik kecil yang membuat suku cadang pesawat.

Ia meninggalkan pekerjaan yang dilakukannya sepulang sekolah itu untuk mendaftar sebagai prajurit.

"(pekerjaan sebagai operator) Kedengarannya tidak terlalu menarik pada usia 17 tahun, jadi, tanpa sepengetahuan manajer saya, pada hari libur saya pergi ke kantor rekrutmen.

Baca Juga: Punya Janji Legendaris untuk Kembalikan Kejayaan Majapahit, Inilah Sabda Palon, Penasihat Brawijaya V yang Murka Usai Sang Raja Memeluk Islam, Benarkah Akan Segera Terwujud?

“Ketika saya memberi tahu manajer saya bahwa saya telah dilantik, dia berkata, 'Saya akan menghentikan ini' dan saya berpikir, 'Apa yang telah saya lakukan?'

Sementara itu, petugas perekrutan meneleponnya dan berkata, "Tidak ada yang bisa Anda lakukan, dia sudah di Angkatan Darat."

Barbara pun bergabung dengan Angkatan Darat Inggrisdan menjalani satu bulan pelatihan dasar.

Ia memilih untuk bertugas selama 10 minggu di sekolah mengemudi unit khusus wanita.

Baca Juga: Bukan Raja-raja Majapahit, Raja Terbesar Singasari yang Nasibnya Berakhir Akibat Pemberontakan Penuh Biadab Inilah yang Dibuatkan Candi oleh Patih Gajah Mada, Beginilah Kisahnya

“Itu adalah kursus yang sangat keras dan intensif. Kami mulai dengan truk tiga ton, lalu turun ke ambulans K2 – ambulans hijau besar dengan palang merah di sampingnya," ungkapnya.

Barbara, yang sekarang tinggal di Selby, North Yorks, kemudian menghabiskan dua setengah tahun di Komando Anti-Pesawat.

Dia kemudian menjadi instruktur mengemudi di pusat pelatihan di Wales.

Selanjutnya adalah Betty yang baru berusia 18 tahun ketika dia bergabung dengan Auxiliary Territorial Service dua tahun setelah perang, pada tahun 1941.

Baca Juga: Inilah Weton Wanita yang Sangat Setia, Pandai Mencari Uang, Jadi Kebanggaan Keluarga, Menurut Primbon Jawa

Mengingat kembali masa pelatihannya, Betty mengatakan dia melakukan segalanya mulai dari belajar cara berbaris dan mengenakan seragamnya dengan benar hingga mengikuti latihan masker gas.

Selain kitu, ia juga belajar bagaimana "berbicara dengan benar kepada orang yang lebih tua dan atasan".

Ketika pelatihannya berakhir, ia dikirim ke London untuk wawancara dengan seorang perwira Korps Intelijen.

"Dia mengatakan kepada saya, 'Bawalah ke Bletchley Park'," kenangnya.

Baca Juga: Bukan Raja-raja Majapahit, Raja Terbesar Singasari yang Nasibnya Berakhir Akibat Pemberontakan Penuh Biadab Inilah yang Dibuatkan Candi oleh Patih Gajah Mada, Beginilah Kisahnya

“Saya belum pernah mendengarnya. Pada saat kedatangan kami diberitahu bahwa kami akan ditempatkan di rumah-rumah di sekitar, dan keesokan paginya kami disuguhi bus dan diberi Undang-Undang Rahasia Resmi untuk dibaca.

"Kami disuruh membacanya dan bersumpah untuk tidak membocorkan apa pun sampai tahun 1975," katanya.

Meski terkejut, Betty tidak punya pilihan selain mematuhi aturan. Bahkan, ia pun merahasiakan segala sesuatu tentang pekerjaannya dari orangtuanya.

Pada tahun 1946 Betty dapat bersatu kembali dengan ibu Charlotte dan ayah Lesley Vine-Stephens, yang pernah bertugas di India selama Perang Dunia Pertama.

Baca Juga: Di Masa Majapahit Juga Sudah Dikenal Transmigrasi Bahkan Sampai ke Papua Sana, Ini Buktinya

Betty kemudian menjadi perwira staf tetap untuk Batalyon Cheshire dari Angkatan Darat Teritorial dan menjadi perwira perekrutan Birmingham dari 1966–1969.

Sosok ketiga adalah Daphne yang mendaftar ke Artileri Royal Resimen Searchlight ke-65.

“Saya bergabung pada usia 18 tahun karena saya tinggal di sebuah desa di Norfolk, dan saya ingin keluar,” kata Daphne, yang sekarang tinggal di Chelmsford, Essex.

“Saya ingin pergi pada usia 17 setengah tahun, tetapi ibu tidak mengizinkan saya, jadi saya pergi pada usia 18 tahun," ungkapnya.

Baca Juga: Punya Janji Legendaris untuk Kembalikan Kejayaan Majapahit, Inilah Sabda Palon, Penasihat Brawijaya V yang Murka Usai Sang Raja Memeluk Islam, Benarkah Akan Segera Terwujud?

Ia menjalani pelatihan selama tiga minggu di Northampton, kemudian dipilih untuk pergi ke stasiun teleplotter dengan Royal Artileri sebagai operator teleprinter untuk Grup Angkatan Darat ke-21.

“Saya mengikuti kursus di Melton Mowbray sebelum saya ditempatkan di Resimen Essex, dan saya tetap tinggal sampai hari H,” kenangnya.

Ia memiliki pengalaman mengerikan, bagaimana ia menyaksikan banyak serangan musuh. “Saya berakhir di Hull di mana kami memiliki banyak serangan yang mengerikan, tetapi saya menyukai pekerjaan itu," katanya.

Tekadnya untuk melakukan pekerjaannya yang mengerikan itu justru semakin kuat ketika ia kehilangan teman sekolahnya di lokasi penembakan enam bulan setelah dia bergabung, "Itu membuat saya lebih bertekad," katanya.

Baca Juga: Dibanggakan Setinggi Langit oleh Amerika Sebagai Jet Tempur Terkuat di Bumi, Siapa Sangka Jet Tempur F-35 Ini Malah Jatuh, Inggris Langsung Rugi Rp1,9 Triliun!

(*)

Artikel Terkait