"Dengan demikian Gajah Mada seakan ngalap berkah (minta restu), kepada Raja Kertanegara yang telah menjadi bhattara (hyang) bersatu dengan dewa. Gajah Mada meneruskan politik pengembangan mandala hingga seluruh Dwipantara (Nusantara) yang awalnya telah dirilis oleh Kertanegara," demikian penjelasan Agus.
Penyebab kedua adalah dalam masa Jawa Kuno, candi tokoh selalu dibangun oleh kerabat atau keturunan langsung tokoh tersebut.
Contohnya Candi Sumberjati untuk Raden Wijaya dibangun tahun 1321 pada masa pemerintahan Jayanegara; dan Candi Bhayalango untuk Rajapatmi Gayatri dibangun oleh cucunya, Hayam Wuruk, tahun 1362.
Ini artinya seperti ditafsirkan Agus, Gajah Mada masih keturunan dari Raja Kertanegara atau masih mempunyai hubungan darah dengan Kertanegara.
Itulah sebabnya Gajah Mada mempunyai perhatian khusus kepada raja itu yang memang leluhurnya.
Agus berpendapat, ayah Gajah Mada kemungkinan besar adalah Gajah Pagon yang mengiringi Raden Wijaya ketika berperang melawan pengikut Jayakatwang dari Kediri.
"Interpretasi selanjutnya, Gajah Pagon sangat mungkin anak dari salah satu selir Kertanegara," lanjut Agus.
Agus menganggap tidak mungkin Gajah Pagon orang biasa, sebab namanya disebut secara khusus di kitab Pararaton.
KOMENTAR