"Kepribadian Alexander Agung adalah sebuah paradoks," kata Susan Abernethy dari The Freelance History Writer.
"Dia memiliki karisma dan kekuatan kepribadian yang hebat tetapi karakternya penuh dengan kontradiksi, terutama di tahun-tahun terakhirnya (awal 30-an)."
"Namun, dia memiliki kemampuan untuk memotivasi pasukannya untuk melakukan apa yang tampaknya mustahil."
Salah satu wilayah yang pernah ditaklukan adalah Mesir.
Dilansir dari livescience.com pada Selasa (16/11/2021), Alexander bergerak ke selatan di sepanjang Mediterania timur.
Dia melanjutkan strategi yang dirancang untuk merampas pangkalan angkatan laut Persia.
Banyak kota menyerah, tetapi beberapa, seperti Tirus, yang berada di sebuah pulau di Lebanon modern, melakukan perlawanan dan memaksa Alexander untuk mengepung.
Pada tahun 332 SM, setelah Gaza direbut, Alexander memasuki Mesir, sebuah negara yang pernah mengalami masa-masa kekuasaan Persia selama dua abad.
Di pantai utaranya, ia mendirikan Alexandria, kota paling sukses yang pernah ia bangun.
Alexander juga mengklaim gelar firaun, dan menurut Cartledge, tampak untuk melampirkan dirinya ke garis penguasa Mesir melalui upacara tradisional.
"Hampir pasti dia sendiri yang dinobatkan sebagai firaun di ibu kota Mesir lama, Memphis."
"Dengan demikian tidak hanya mengambil hati dirinya sendiri dengan warga Mesir, tetapi dia juga merangkul imamat Mesir lama dan masih kuat dalam pelukan monarki Mesir barunya," tulis Cartledge.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR