Advertorial
Intisari - Online.com -Banyak pemimpin pemerintahan yang mengklaim keturunan dewa dan harus disembah.
Beberapa contohnya adalah Alexander Agung, yang mengaku keturunan dewa sampai ia tidak memberikan tahtanya kepada penerusnya.
Ia merasa tidak ada yang pantas menggantikannya.
Ada juga Firaun Ramses II yang mengaku sebagai Tuhan dan harus disembah oleh warganya.
Ramses II ditentang oleh Nabi Musa yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT tentang ilmu tauhid dan keesaan terhadap Allah.
Sosok seperti ini juga ada di Indonesia tepatnya adalah di era kerajaan Hindu-Buddha.
Ialah Kertajaya atau Sri Maharaja Kertajaya, raja terakhir Kerajaan Kediri yang berkuasa dari 1194-1422.
Catatan sejarah mencatat Kertajaya sebagai raja terakhir Kediri dan salah satu raja paling bengis sepanjang sejarah.
Selain memimpin dengan kejam, ia dikenal kurang bijak.
Kertajaya sering mengklaim dirinya dewa, yang membuatnya bebas melakukan berbagai aksi kejam.
Pada suatu waktu, Kertajaya membuktikan dirinya sebagai tuhan dengan duduk di atas tombak tanpa terluka sama sekali.
Kertajaya memaksa para Brahmana dan warga untuk menyembahnya, mengatakan jika hanya Dewa Shiwa yang bisa mengalahkannya.
Kertajaya tidak ragu untuk menyiksa para Brahmana yang menolak menyembahnya.
Penyiksaan hanya akan berakhir jika mereka mengakui jika Kertajaya adalah dewa, jika tidak mereka akan terus disiksa sampe titik yang mengancam nyawa mereka.
Runtuhnya kerajaan Kediri
Merasa aksi raja tidak masuk akal, Brahmana melarikan diri dari Kerajaan Kediri, dan juga mengatakan kesalahan pemikiran Kertajaya kepada semua orang yang mereka temui dalam perjalanan mereka.
Para Brahmana kemudian sampai ke Tumapel dan meminta bantuan dari masyarakat.
Akhirnya, Ken Arok memenuhi panggilan tersebut.
Dibantu oleh Ken Arok, para Brahmana merencanakan pemberontakan melawan Kertajaya.
Para Brahmana juga mempengaruhi warga untuk bergabung dengan Ken Arok dalam menggulingkan Kertajaya.
Saat itu, Ken Arok juga berambisi membebaskan Tumapel dari kekuatan Kediri.
"Para Brahmana yang berpengaruh melarikan diri ke timur untuk bersekutu dengan Ken Arok, penakluk tahta Janggala," tulis Ann R. Kinney dalam bukunya Worshiping Siva and Buddha: The Temple Art of East Java.
Mengetahui serangan direncanakan oleh Tumapel, Kertajaya mengirimkan pasukan ke tempat itu, tapi dengan dukungan para Brahmana dan warga, Tumapel justru berhasil membuat pasukan Kertajaya kocar-kacir.
Tumapel bahkan mengirimkan serangan balasan kepada Ibukota Kerajaan Kediri.
Melalui serangan itu, Tumapel berhasil menguasai seluruh ibukota Kerajaan Kediri.
Ken Arok kemudian terkenal berhasil membunuh Kertajaya, dan Kerajaan Kediri runtuh.
Secara otomatis seluruh Kerajaan Kediri jatuh ke tangan Tumapel.
Ken Arok kemudian mengubah Tumapel menjadi Kerajaan Singosari.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini