Lokasi tepatnya tidak diketahui, meskipun diperkirakan berasal dari kota selatan kuno Gebelein di Sungai Nil, dan mewakili seorang pria yang berusia sekitar 20 hingga 30 tahun ketika dia meninggal, para ilmuwan melaporkan.
Mumi itu diperoleh pada tahun 1901 oleh Museum Mesir di Turin, Italia, dan berasal dari tahun 3700 SM hingga 3500 SM, menurut penelitian tersebut.
Baik pedagang yang menjual mumi maupun museum yang memajangnya tidak pernah menerapkan jenis perawatan konservasi apa pun pada sisa-sisa yang rapuh, "oleh karena itu memberikan kesempatan unik untuk analisis," tulis para peneliti.
Sebelumnya, para ilmuwan telah menganalisis fragmen pembungkus pemakaman mumi yang berasal dari lokasi lain, yang berasal dari periode yang kira-kira sama dengan mumi Turin, dan mereka menemukan jejak senyawa yang mengisyaratkan prosedur pembalseman.
Tetapi mumi Turin memberi para peneliti kesempatan langka untuk berburu bukti serupa pada tubuh yang diawetkan, penulis utama studi Jana Jones, seorang peneliti di Departemen Sejarah Kuno di Universitas Macquarie di Sydney, Australia, mengatakan pada konferensi pers pada hari Selasa (14 Agustus 2018).
Para peneliti mengambil sampel potongan linen dari tubuh mumi dan pergelangan tangan kanan, serta dari keranjang anyaman yang telah dikubur di samping jenazah.
Minyak tumbuhan dan lemak hewani meresap ke dalam kain kuno.
Para ilmuwan mengumpulkan "resep" pembalseman dari senyawa yang mereka temukan, termasuk gula atau permen karet, resin konifer, ekstrak tumbuhan aromatik, dan zat antibakteri.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR