"King Tut mungkin dibawa-bawa memakainya. Beberapa sepatu, seperti sandal veneer marquetry yang rumit, mungkin dibawa oleh seorang pelayan," kata Veldmeijer.
Sebaliknya, sandal jahit yang tampak sederhana, terbuat dari daun palem, rumput dan papirus, adalah barang yang paling penting.
"Itu adalah simbol status, hanya digunakan oleh elit yang diberi penghargaan oleh raja dan bangsawan. Sandal ini sangat penting sehingga bahkan ditiru dengan emas," kata Veldmeijer.
Menurut arkeolog, kelompok alas kaki ukuran terkecil mungkin cocok untuk Raja Tut ketika dia berusia 10 tahun, perkiraan usia ketika dia menjadi raja pada 1333 SM, sedangkan yang terbesar bisa dipakai sebelum kematiannya pada usia 19 tahun.
"Ini menunjukkan bahwa hanya sepatu yang dia kenakan sebagai raja yang dimakamkan bersamanya. Memang, banyak sandal yang dipakai, termasuk cetakan kaki Raja Tut di solnya," kata Veldmeijer.
Dua pasang sepatu terbuka dibuat lebih nyaman, dengan bagian tengah sol diisi agar lebih empuk di bagian plantar.
Bersama dengan spesialis Jerman dalam reproduksi alas kaki kuno, Veldmeijer sekarang menguji hipotesis sepatu "ortopedi" dengan membuat kembali sepatu kulit terbuka King Tut.
"Kami bekerja sama dengan seorang profesor anatomi untuk melihat bagaimana cacat kaki itu dan bagaimana sepatu itu akan membantu," kata Veldmeijer.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR