Intisari-Online.com- Makna sumpah pemuda sangatlah penting bagi tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa.
Tanpa adanya sumpah pemuda yang menjadi salah satu pendorong berkembangnya bibit-bibit nasionalisme bangsa, persatuan mungkin akan sulit dicapai.
Bagaimana tidak? pada waktu itu tentara kolonial selalu mampu memadamkan tiap perang kedaerahan.
Sebabnya ialah kita tidak serentak mengangkat senjata.
Baca Juga :Sejarah Sumpah Pemuda 1928: Dari 'Ikrar Pemuda' menjadi 'Sumpah Pemuda'
Teuku Umar, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, PangeranAntasari, Pattimura, dan banyak lagi pahlawan yang gugur di medan bakti.
Para pemuda kita kemudian sadar, tak guna melawan penjajah tanpa persatuan.
Dengan bersatu, kita menjadi kuat.
Untuk itu, berkumpullah para pemuda dari berbagai daerah.
Di sebuah gedung di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat, mereka menyatakan tekat untuk bersatu.
Itu terjadi pada 28 Oktober 1928.
Para pemuda bersumpah mengakui bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia, dan berbahasa Indonesia.
Para pemuda itu memanglah benar-benar pemuda asli yang berusia antara 21-30 tahun.
Baca Juga :Tokoh Sumpah Pemuda: Dibelit Kemiskinan di Masa Tua, Ini Isi Pesan Terakhir W.R. Supratman
Kongres Pemuda Indonesia Pertama
Dalam Kongres Pemuda Indonesia I ini juga terdapat suatu panitia perumus.
Tugasnya adalah menyusun usul keputusan kongres.
Anggotanya terdiri dari Djamaludin, Sanusi Pane, M. Tabrani, dan Moh. Yamin.
Usul keputusan yang menjadi bunyi sumpah pemuda yang asli ini dirumuskan Moh. Yamin sebagai berikut:
Baca Juga:Sejarah Sumpah Pemuda 1928: Kronologi dan Isi Teks Sumpah Pemuda
"Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempahdarah yang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe,bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasapersatuan, bahasa Melayoe."
Perdebatan tentang Bahasa Melayu
Namun, rumusan yang kemudian disebut sebagai ikrar untuk kemudian diubah menjadi sumpah ini menimbulkan perdebatan.
M. Tabrani berkeberatan dengan alinea ketiga, yaitu Bahasa Melayu.
Menurutnya, Melayu sebaiknya diganti dengan Indonesia sehingga seluruh rumusanmencantumkan nama Indonesia pada bagian akhirnya.
Perdebatan itu pun tak ayal menimbulkan perubahan pada bunyi sumpah pemuda yang asli tersebut.
Meski begitu, awalnya tidak ada kesepakatan mengenai perubahan rumusan itu.
Sehingga, usul keputusan rumusan Moh. Yamin diajukan lagi pada Kongres Pemuda Indonesia II.
Kongres berlangsung dari 27-28 Oktober 1928 di Jakarta.
Hasilnya, bunyi sumpah pemuda yang asli berubah sebagai berikut:
"Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah yang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe, Bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia."
Jadi arti sumpah pemuda sangatlah penting bagi tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa.
Untuk itu seluruh rakyat dapat mengesampingkan ego-ego kedaerahan dan bersama-sama memupuk rasa nasionalisme bangsa Indonesia yang akan lahir itu.
(*)