Intisari-Online.com - Konflik antara Rusia dan Ukraina pecah.
Bahkan dikhawatirkan konfikantara Rusia dan Ukraina itu bisa berakhir dengan perang.
Bagaimana tidak, pasukan Ukraina melancarkan serangan udara di wilayah Donbas, Ukraina, pada hari Rabu ini.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (27/10/2021), ini adalah pertama kalinya drone TB-2 digunakan untuk menghancurkan peralatan militer di wilayah tersebut.
Dikatakan peralatan militer yang dihancurkan ditembakkan ke desa Granitne.
Sebelumnya, bersamaan dengan pencaplokan Krimea, pasukan pro-Kremlin bentrok dengan pasukan Ukraina di wilayah Donbas pada tahun 2014.
Wilayah ini berada di perbatasan Rusia dan Ukraina dan telah menyaksikan sejumlah besar pasukan dikumpulkan dari kedua negara.
Kesepakatan damai ditandatangani di Minsk pada 2015, tetapi itu tidak menghentikan konflik sporadis di wilayah tersebut.
Rodion Miroshnik, yang mewakili Republik Rakyat Lugansk yang memproklamirkan diri memperingatkan eskalasi mungkin akan segera terjadi dan menghancurkan setiap peluang untuk menyelesaikan peta jalan keluar dari konflik.
"Ukraina merusak diskusi tentang peta jalan penyelesaian," kataRodion Miroshnik.
"Negosiator Ukraina menggunakan berbagai trik untuk mengalihkan dialog dari pembahasan peta jalan."
"Sebenarnya, tidak ada hal baru yang terjadi."
"Hanya rencana Ukraina yang menjadi lebih jelas dan jelas."
"Kiev sengaja berusaha merusak format kesepakatan dan implementasinya."
Lebih lanjut mengklaim upayanya untuk perdamaian, Presiden Rusia Vladimir Putin bersikeras bahwa Rusia berkomitmen untuk menerapkan perjanjian Minsk.
Dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, sebuah transkrip berbunyi: "Vladimir Putin menguraikan secara rinci pendekatan Rusia untuk penyelesaian konflik di Ukraina berdasarkan implementasi tanpa syarat dari perjanjian Minsk."
Terlepas dari klaim Rusia, para pejabat Ukraina telah memperingatkan ada beberapa pelanggaran gencatan senjata tahun ini sebelum serangan pesawat tak berawak pada hari Selasa.
Pejabat Ukraina juga menuduh Rusia mengirim 41.000 tentara ke perbatasan.
Awal tahun ini, Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki memperingatkan jumlah pasukan Rusia telah mencapai level tertinggi sejak 2014.
Dia mengakui Amerika Serikat (AS) prihatin dengan agresi Rusia di wilayah tersebut.
"AS semakin khawatir dengan meningkatnya agresi Rusia baru-baru ini di Ukraina timur, termasuk pergerakan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina," ucapJen Psaki.
"Rusia sekarang memiliki lebih banyak pasukan daripada kapan pun sejak 2014."