Sempat Jadi Maskapai Kebangsaan Indonesia, Ternyata Pemerintah Sudah Siapkan Rencana Mencengangkan Jika 'Pait-paitnya' Garuda Benar-benar Ditutup, Begini Kelanjutannya

May N

Editor

Pesawat Garuda Indonesia
Pesawat Garuda Indonesia

Intisari - Online.com -Maskapai pelat merah Indonesia PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk makin berada di kondisi yang tidak bisa terselamatkan.

Ternyata, pemerintah sudah ancang-ancang menyiapkan rencana jika Garuda benar-benar tidak dapat terselamatkan.

Pemerintah menyiapkan maskapai pengganti, karena keuangan emiten berkode GIAA ini tengah berdarah-darah.

Utang Garuda masih menggunung, kemudian mereka juga silih berganti menghadapi gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dari para krediturnya yang dapat berujung kepailitan.

Baca Juga: Namanya Terpatri Abadi Sebagai Pencipta Lambang Negara Garuda Pancasila, Sosok Ini Malah Tersingkir dalam Sejarah Usai Bersekongkol dengan Pembantai Haus Darah

Covid-19 telah memperburuk bisnis penerbangan sehingga kinerja keuangan Garuda Indonesia diperkirakan sulit bertahan.

Kementerian BUMN sudah secara terbuka menyatakan jika pemerintah tengah menyiapkan maskapai pengganti jika Garuda Indonesai tidak bisa diselamatkan.

Pelita Air Service (PAS) adalah maskapai yang dipilih sebagai maskapai pengganti mengisi layanan penerbangan berjadwal menggantikan Garuda Indonesia.

Anak perusahaan PT Pertamina ini awalnya hanya melayani penerbangan charter.

Baca Juga: Ramai Soal Utang Garuda yang Menggunung, Rupanya Inilah 7 BUMN dengan Aset Terkaya di Indonesia, Tak Disangka Perusahaan Ini Juaranya

PAS menjadi operator pesawat charter terbesar di Indonesia, memiliki bandara sendiri yaitu Bandara Pondok Cabe, berlokasi di Tangerang Selatan.

Perusahaan ini berdiri tahun 1970 yaitu ketika Indonesia mengalami booming minyak di era Orde Baru.

Saat itu Pertamina mendapat keuntungan besar dari lonjakan produksi dan kenaikan harga minyak dunia, dan akhirnya mendirikan berbagai anak perusahaan salah satunya Pelita Air Service.

PAS didirikan untuk mengisi kebutuhan pengangkutan udara ke daerah terpencil, terutama di kawasan kantong-kantong tambang minyak BUMN dari Sabang sampai Merauke, menggantikan Pertamina Air Service.

Baca Juga: UtangnyaTembus Rp70 Triliun Dan Bisa Bertambah Rp1 Triliun Setiap Bulannya, Terkuak Inilah Biang Kerok Garuda Indonesia Punya Utang Menumpuk Sampai Disebut Terancam Bangkrut

Setelah sukses melayani penerbangan para pejabat dan pegawai Pertamina, Pelita Air melebarkan sayap bisnis membuka penerbangan charter untuk transmigrasi, pemadam kebakaran, pengungsi, palang merah, kargo, pengamatan tumpahan minyak sampai foto udara.

Pelita Air juga memiliki bisnis yang hampir serupa dengan Garuda Indonesia, yakni bisnis perawatan dan pemeliharaan pesawat.

Bisnis ini dikelola anak perusahaannya, PT Indopelita Aircraft Services yang berkemampuan merawat dan memperbaiki pekerjaan dari lapangan udara milik sendiri di Pondok Cabe, terdiri dari hangar, gudang dan landasan sepanjang 2000 meter.

Awalnya Pelita Air membuka penerbangan berjadwal pada tahun 2000 tapi ditutup tahun 2005 karena ingin fokus pada penerbangan charter.

Baca Juga: Pailit Sampai PHK Ratusan Karyawannya, Garuda Indonesia Ternyata Sampai Mengutang ke Sejumlah Bank, Apakah Sudah Dilunasi Semua?

Pelita Air Service mengoperasikan beberapa armada antara lain pesawat rotary wing dan fixed wing untuk melewati seluruh medan Indonesia. Diantaranya, ATR 42-500, ATR 72-500, CASA 212-200, AT 802, Bell 412 EP, Bolkow NBO-105, Sikorsky S76 C++, Sikorsky S76-A, Bell 430.

Keputusan menggunakan Pelita Air menggantikan Garuda tertuang dari ucapan wamen BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo.

"Kalau mentok ya kita tutup (Garuda), tidak mungkin kita berikan penyertaan modal negara karena nilai utangnya terlalu besar,’" kata Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo dilansir dari Antara.

Menurut Tiko, panggilannya, progres negosiasi dan restrukturisasi utang Garuda Indonesia dilakukan dengan seluruh lender, lessor pesawat, hingga pemegang sukuk global, melibatkan tiga konsultan yang ditunjuk Kementerian Negara BUMN.

Baca Juga: Jadi Maskapai Unggulan Indonesia, Terkuak Bahwa Garuda Indonesia Tidak Lepas dari Praktik Suap yang Buatnya Rugi, Salah Satunya dari Pengadaan Pesawat Ini, Rugi 420 Miliar Pertahun

Tiko juga menilai opsi penutupan Garuda Indonesia tetap terbuka meski berstatus sebagai maskapai flag carrier.

Alasannya, saat ini sudah lazim sebuah negara tidak memiliki maskapai yang melayani penerbangan internasional.

Dia pun beralasan meskipun Garuda Indonesia bisa diselamatkan, nyaris mustahil Garuda Indonesia bisa melayani lagi penerbangan jarak jauh, misalnya ke Eropa.

Oleh karena itu, untuk melayani penerbangan internasional, maskapai asing akan digandeng sebagai partner maskapai domestik.

Baca Juga: Tak Heran Garuda sampai Terlilit Utang 70 Triliun, Selain Kena Dampak Pandemi Covid-19 Ternyata Hal Inilah Penyebab Utang Garuda Terus Membengkak

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait