Intisari-Online.com - Konflik China dan Taiwan semakin memanas.
Bahkan konflik China dan Taiwan bisa berakhir dengan pecahnya perang antara dua negara.
Ini karena China telah mengirim ratusan pesawat tempur ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.
Spekulasimenyebar bahwa China mungkin mencoba invasi Taiwan lebih cepat.
Perkiraannya berkisar dari dalam beberapa tahun ke depan hingga beberapa dekade mendatang.
Taiwan sebelumnya telah memperingatkan bahwa China akan mampu menyerang sekarang.
Tetapi pada tahun 2025 akan dapat meluncurkan “invasi skala penuh”, hal itu menurut Menteri PertahananTaiwan.
Diketahui setiap invasi semacam itu akan memiliki konsekuensi di seluruh dunia.
Alasannya negara lain kemungkinan besar akan terlibat dalam skenario konflik.
Belum lagi fakta bahwa militer China mengungguli Taiwan dengan rentang yang cukup besar, yang berarti Taiwan akan membutuhkan intervensi internasional untuk menahan serangan China.
Dilansir dari express.co.uk pada Minggu (24/10/2021), China memiliki lebih dari satu juta personel aktif, sedangkan Taiwan hanya memiliki 88.000 personel.
Dalam hal kekuatan angkatan laut, China memiliki 56 kapal selam. Sangat banyak dibanding Taiwan yang hanya memiliki dua kapal selam.
Belum lagi China memiliki 37 kapal pendarat tank, 49 kapal fregat, dan dua kapal induk.
Seperti yang sudah ditampilkan dalam beberapa pekan terakhir, China memiliki kekuatan tempur udara yang cukup besar dengan 1.500 jet tempur, 450 pesawat pengebom, dan 400 pesawat angkut.
Namun Taiwan hanya memiliki 400 pesawat tempur, tidak ada pesawat pengebom dan 30 pesawat angkut.
Hanya saja, ingat Taiwan bersekutu dengan Amerika Serikat (AS), negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia.
BahkanPresiden AS Joe Biden telah bersumpah untuk membela Taiwan dari tindakan China.
Ditanya apakah militer AS akan membela negara jika terjadi serangan China, Biden mengatakan: "Ya, kami memiliki komitmen untuk melakukan itu."
Walau begitu, AS tetap akan berusaha menjaga perdamaian di wilayah Pasifik.
"Kami akan menjunjung tinggi komitmen kami berdasarkan undang-undang tersebut, kami akan terus mendukung pertahanan diri Taiwan dan kami akan terus menentang setiap perubahan sepihak terhadap status quo," katajuru bicara Gedung Putih.
AS memberi Taiwan dukungan untuk mempertahankan diri, sebagian besar dalam bentuk penjualan senjata, di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan 1979.
Selain itu, untuk berjaga-jaga, AS telah meresmikan perjanjian AUKUS dengan Inggris dan Australia.
Tujuannya untuk mengurangiketegangan di kawasan Indo-Pasifik.
Terakhir, tidak banyak negara yang mengakui pemerintah Taiwan.
Sebab sebagian besar negara telah mengalihkan hubungan formal mereka keChina dari tahun 1970-an dan seterusnya.