Intisari-Online.com - Tahu krisis energi yang sedang menerpa seluruh negara di dunia?
Nah, krisis energi ini membuatIndonesia menetapkan harga patokan batu bara.
Namun kali ini harga patokan batu bara berada pada level tertinggi dalam lebih dari satu dekade.
Pernyataan itu tertulis dalam sebuah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kementerian ESDM menetapkan harga patokan batu bara pada 115,35 Dollar AS (Rp1,6juta) per ton pada bulan Juli.
Angka itu lebih tinggi dari 100,33 Dollar AS (Rp1,5 juta) per ton pada bulan Juni.
Sementara harga tertinggisempat mencapai 117,6 Dollar AS (Rp1,6 juta) per ton pada Mei 2011.
"Kapasitas pasokan batu bara domestik China terus menipis."
"Sementara aktivitas pembangkit listrik kembali berjalan," kata Juru Bicara Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangannya.
Diamengatakan ada tambahan permintaan dari China, Jepang, dan Korea Selatan.
“Hal ini berdampak pada kenaikan harga batu bara global,” ujarnya.
China secara tidak resmi melarang impor dari pemasok utamanya Australia pada tahun lalu.
Di mana para pembeli China secara informal diberitahu oleh pejabat bea cukai untuk tidak membeli batubara Australia.
Hal ini mengakibatkan China mencari tempat lain untuk mendapatkan batu bara.
Inilah yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu penerima manfaat terbesar.
Pada tahun lalu, China menandatangani kesepakatan senilai sekitar 1,5 miliar Dollar AS (Rp21,1 triliun) untuk membeli batubara termal Indonesia.
Oleh karenanya, penambang batu bara Indonesia diuntungkan.
Alasannya karenaIndonesia adalah pengekspor batu bara termal terbesar ke China.
Ini juga terjadi di tengah ketegangan politik China dengan pemasok terbesar kedua Australia.
Impor batu bara China melonjak menjadi 39,08 juta ton pada Desember 2020 dari 2,77 juta ton setahun sebelumnya.
Dilansir dari fitchratings.com pada Selasa (19/10/2021), ada beberapa penyebab tingginya impor batu bara dari China.
Pertama, tingginya permintaanbatu bara dari China terjadi ketikaTahun Baru China pada pertengahan Februari kemarin.
Kedua, menjelang akhir tahun, pemerintah China sendiri melonggarkan pembatasan impor untuk mengurangi kendala pasokan di dalam negeri.
Apalagi menjelang musim dingin, peningkatan aktivitas ekonomi, izin inspeksi di Mongolia, dan pembatasan lunak pada impor batubara Australia.
Pada akhirnya, impor batu bara China tahun 2020 naik 1,4% menjadi 304 juta ton. Itu adalah angka tertinggi sejak 2014.
Total pembangkit listrik termal naik masing-masing sebesar 6,6% dan 9,2% yoy pada bulan November dan Desember 2020.
Alasan lain tingginya permintaan impor batu bara adalah produksi batu bara China turun sebesar 0,1% yoy pada tahun 2020.
Produksi di Mongolia Dalam, provinsi penghasil batubara terbesar di negara itu pada tahun 2019, turun sebesar 3% yoy pada tahun 2020.
Pemerintah China pada Januari 2021 juga mendesak semua produsen batu bara untuk beroperasi pada kapasitas maksimum selama mereka dapat memastikan keselamatan tambang.
Akan tetapi krisis energi sudah terjadi di negara itu.
Belum lagi ada protokol kesehatan Covid-19 yang membuat China waspada untukdapat meningkatkan permintaan lintas laut.