Penulis
Intisari-Online.com - Konflik Laut China Selatan memanas ketika kapal selam Amerika Serikat (AS) menabrak sesuatu di wilayah itu.
Akibatnya di Kepulauan Guam, pos terdepan AS di Samudra Pasifik, kapal selam nuklir USS Connecticut dari kelas Seawolf tengah menjadi pusat penyelidikan Angkatan Laut AS.
Itu terjadi setelah kapal selam itu mengalami kecelakaan serius di Laut China Selatan.
Menurut Forbes, docking pertama setelah insiden maritim bukanlah hal yang mudah bagi kapal angkatan laut mana pun.
Saat penyelidik dan personel perbaikan menentukan kerusakan dan penyebab kecelakaan, awak USS Connecticut masih harus menunggu hukuman disiplin yang akan dijatuhkan.
Insiden dengan kapal selam nuklir USS Connecticut tidak sederhana.
Setelah bertabrakan dengan benda tak dikenal di Laut China Selatan, kapal itu muncul ke permukaan, menempuh perjalanan ribuan kilometer ke pangkalannya di Guam dalam seminggu.
Tapi itu baru permulaan.
Dilansir dari 24h.com.vn pada Senin (18/10/2021), awak konvensional berputar bertugas di kapal selam nuklir selama enam bulan.
Akibat kejadian tersebut, kerabat dan teman para pelaut mungkin harus menunggu berbulan-bulan sebelum para pelaut diperbolehkan pulang.
Tinggal di Guam juga bukan tempat yang aman bagi para kru.
Pelaut, perwira, dan kapten cenderung sering ditanyai.
Setiap kekurangan kecil dalam operasi kapal yang bisa diabaikan sekarang akan diteliti.
Kapten dan perwira di kapal juga menunggu vonis dari angkatan laut.
Dengan insiden serius, kapten mungkin diberhentikan, atau bahkan harus pulang sendirian.
Menurut Forbes, angkatan laut membuat kru menunggu berbulan-bulan untuk mengetahui nasib mereka, menyebabkan stres yang tidak perlu.
Pada tahun 2001, setelah kapal selam serangan nuklir USS Greenville menenggelamkan kapal Jepang, kapten diganti keesokan harinya.
Pada 11 tahun kemudian, setelah kapal selam USS Montpelier bertabrakan dengan kapal penjelajah USS San Jacinto, Angkatan Laut AS membutuhkan waktu 3 bulan untuk melepas kaptennya.
Forbes juga mempertanyakan fakta bahwa kepemimpinan angkatan laut AS sejauh ini tetap bungkam tentang nasib USS Connecticut, seolah-olah kapal itu tidak ada lagi.
Dengan menyembunyikan USS Connecticut di Guam dan di luar pengawasan publik, Angkatan Laut AS berusaha mencegah publik Amerika mengetahui apa yang terjadi.
Rusia dan China, dengan jaringan pengumpulan intelijennya yang canggih, mungkin sudah tahu jika USS Connecticut rusak.
Majalah ASmenyimpulkan bahwa tidak ada gunanya bagi Angkatan Laut AS untuk tetap diam sejauh ini.
Awak 101 dikarantina dan diinterogasi di pulau menyebabkan ketegangan yang tidak perlu.
Sebab ini adalah masalah yang perlu dipecahkan oleh Angkatan Laut AS dalam waktu dekat.