Mengutip mirror.co.uk, rekaman audionya hanya berlangsung satu detik tapi berhasil memberi gagasan kepada pendengar mengenai suara Nesyamun yang nadanya kuat dan mendalam ketika ia melantunkan lagu untuk para penyembah.
Penulis penelitian ini, Profesor David Howard yang merupakan insinyur biomedis dari University of London, menyebut: "Proses ini hanya layak ketika jaringan lunak yang relevan cukup masuk akal, seperti kasus mayat mumi yang berusia 3.000 tahun dari pendeta Mesir Nesyamun.
"Dia hidup pada masa pemerintahan Firaun Ramses XI (c.1099-1069 SM) yang bergejolak secara politik lebih dari 3.000 tahun yang lalu, bekerja sebagai juru tulis dan imam di kuil negara bagian Karnak di Thebes - Luxor modern," ungkap Prof Howard.
"Suaranya adalah bagian penting dari tugas ritualnya yang melibatkan unsur-unsur yang diucapkan serta dinyanyikan." lanjutnya.
Frekuensi dasar, tingkat kenyaringan dan getaran serta kedalaman dapat dikontrol secara individual.
Prof Howard berkata: "Yang sangat penting secara persepsi dalam menciptakan ulang suara vokal alami adalah dengan penerapan beberapa bentuk variasi frekuensi mendasar," katanya, dikutip dari Daily Mirror.
"Tugas Nesyamun termasuk berbicara serta menyanyikan liturgi harian, sehingga organ saluran vokal digunakan untuk memberikan intonasi yang jatuh dalam rentang frekuensi dasar bicara pria."
Teknik pemindaian CT (computed tomography) non-destruktif digunakan untuk menganalisis struktur laring atau kotak suara, serta tenggorokan, tanpa merusaknya.
KOMENTAR