Intisari-Online.com - Krisis energi telah terjadi di mana-mana.
Namun di tengah-tengah krisis energi itu, China malah berencanauntuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara baru dan mengintensifkan eksplorasi minyak dan gas.
Rencana itu munculhanya beberapa minggu menjelang KTT COP26 di mana para pemimpin dunia diperkirakan akan menyetujui pengurangan emisi besar-besaran.
Hanya pemerintah China punya persepsi lain.
Komisi Energi Nasional Beijing mengatakan Selasa malam penting untuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara canggih.
Selain itu, penting untuk mengintensifkan eksplorasi minyak dan gas domestik setelah negara itu dilanda pemadaman listrik pekan lalu.
Dilansir daridailymail.co.uk pada Kamis (14/10/2021), rencana itu disampaikan olehLi Keqiang, Perdana Menteri China sekaligus orang terkuat kedua di China setelah Presiden Xi Jinping.
Li Keqiangmengisyaratkan bahwa janji untuk membatasi emisi karbon negara itu pada tahun 2030 dapat dibatalkan.
Itu karena perjanjian itusudah tertinggal dari komitmen yang dibuat oleh ekonomi utama lainnya.
Pengumuman China itu didugaakan menimbulkan kekhawatiran menjelang KTT COP26 di Glasgow.
Selain itu, sikap China merupakan pukulan besar bagi rencana Inggris untuk mengamankan kesepakatan global tentang penghapusan batubara secara bertahap.
Di tengah krisis energi global yang disebabkan karena ekonomi dibuka kembali pasca-Covid, China langsung bergerak cepat.
Dilaporkan mereka telah memerintahkan 682 tambang batu baranya untuk meningkatkan kapasitas produksi tahunan mereka menjadi 55,3 juta ton sementara impor melonjak 76% bulan lalu.
Di tempat lain, India juga telah memerintahkan tambangnya sendiri untuk meningkatkan produksi di tengah kekurangan dan pemadaman, dan juga telah meningkatkan impornya sendiri.
PadahalChina sudah menjadi pencemar terbesar di dunia.
Dilaporkan lebih dari 50% energinya berasal dari batu bara, yang dianggap sebagai sumber paling berpolusi.
PBB mengatakan jika emisi global tidak dikurangi hingga 50% pada tahun 2030, maka krisis iklim akan menyebabkan bencana alam yang lebih luas dan lebih merusak, seperti banjir dan kekeringan.
Ini berarti juga China seperti menjilat ludahnya sendiir.
Sebab, sebelumnya negari Pandatelah berkomitmen untuk mencapai puncak emisi pada tahun 2030 dan menjadi netral karbon pada tahun 2060.
Rencana itu akan melibatkan penutupan lebih dari 600 pembangkit listrik tenaga batu bara.