Pemberontakan yang dimpimpin Kartosuwiryo itu dikenal sebagai Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia atau DI/TII.
Mereka bertujuan untuk mendirikan Negara Islam (NII). Kartosoewirjo memproklamasikan hadirnya NII sebagai negara melalui maklumat pemerintah No II/7.
Dalam maklumat disebutkan bahwa 17 Agustus 1945 adalah akhir masa kehidupan Indonesia.
Kartosoewirjo memantapkan keputusannya untuk mengklaim seluruh wilayah Indonesia sebagai kekuasaan dari NII.
Ide Kartosuwiryo tersebut kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainnya, membuat pergerakan DI/TII semakin meluas di Indonesia.
Memicu kemarahan rakyat Indonesia, Perjanjian Renville sendiri kemudian berakhir dengan aksi militer Belanda.
Setelah menandatangani perjanjian ini, Belanda justru melancarkan Agresi Militer Belanda II pada 19-20 Desember 1948.
Tindakan Belanda itu pun semakin membuatnya dikecam dunia internasional dan membuat Indonesia semakin mendapat dukungan. Sementara pemberontakan masih terus terjadi bahkan setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.
(*)
KOMENTAR