Hal tersebut membuat sudah banyak warga yang meninggalkan kampung tersebut.
Akhirnya melihat wilayah yang hampir sia-sia, pemerintah kolonial Hindia Belanda pun mengubahnya menjadi waduk.
Hujan deras sering terjadi membuat daerah ceruk itu menjadi daerah langganan banjir dan warga kampung meninggalkan rumahnya ke tempat yang lebih tinggi.
"Pembangunan jalan di atas bendungan tersebut disebabkan jumlah penduduk di lokasi tersebut semakin banyak," jelas Sutomo dilansir dari Tribun Solo.
"Sehingga warga di kampung itu mulai berpindah ke lokasi yang tinggi, termasuk rumah-rumah di dekat Sidoguro itu dulu rumahnya di dalam rowo," ucap dia.
Sutomo mengatakan saat itu ada perkampungan di pinggiran Rawa Jombor yang dahulunya bernama kampung Tawang.
"Hingga saat ini, kampung tersebut dipisah menjadi kampung Tobong dan kampung Ngasem, nama kampung itu sampai sekarang masih dilestarikan," ujar dia.
Cerita serupa disampaikan Warga Dukuh Drajat, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Muh (60).
KOMENTAR