Terbesar Sepanjang 130 Tahun Sejarah Permigasan Indonesia, China Diduga Incar Sumber Migas Ini Setelah Kerahkan Kapal Survei 'Haiyang Dizhi Shihao 10'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

(Ilustrasi) Laut Natuna
(Ilustrasi) Laut Natuna

Intisari-Online.com- Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) merilis analisis.

Analisis terbaru itu berjudul "Ancaman IUU Fishing dan Keamanan Laut di Indonesia Agustus 2021".

Dari data analisis yang diperolehKompas.com, laporan itu mengungkap keberadaan kapal ikan asing pelaku IUU Fishing1 di wilayah Indonesia pada Agustus 2021.

Laporan didasari data AIS (Automatic Identification System) 2 dan Citra Satelit 3.

Baca Juga:Pantesan China Murka, Ini Dia Senjata Rahasia Australia yang Bikin China Geger Sampai Berniat Ingin Hancurkan Negeri Kangguru

Dalam pengantarnya, laporan ini menyebut aktivitas pencurian ikan oleh Kapal Ikan Asing (KIA) masih terjadi di WPPNRI 711 Laut Natuna Utara bagian utara.

Pelaku adalah kapal ikan berbendera Vietnam.

Hal ini dapat diamati pada data AIS kapal-kapal tersebut.

Tak hanya sampai di situ, dalam waktu satu bulan terakhir, perairan Indonesia sudah 'diobok-obok' lagi.

Baca Juga: Sekutu Dekatnya Kerjasama dengan China, AS Buru-buru Peringatkan Israel Tentang Hal Buruk Ini, Tapi Israel Menolaknya

Kali ini adalahPemerintah China yang mengerahkan Kapal Survei, Haiyang Dizhi Shihao 10 yang diduga untuk menggelar riset bawah laut di Natuna Utara.

Melansir Kompas.Id, sebelumnya, pada 2-27 September, kapal survei tersebut terpantau melintas zig-zag di kawasan Laut Natuna Utara (LNU).

Kawasan tersebut diketahui mengandung cadangan minyak dan gas paling besar di Indonesia yakni berada di antara Blok Migas Tuna dan Blok Migas Sokang.

Tepatnya, lintasan zig-zag kapal terlihat berada di sekitar lapangan gas D-Alpha dan lapangan gas Dara yang disebut menyimpan 20 persen cadangan migas Indonesia.

Baca Juga: Dulu Sok-sokan Saling Kritik Kejahatan HAM, China Kini Suntikkan Modal Besar pada Israel untuk Bangun Pelabuhan Haifa, Bagaimana dengan Amerika?

Sejak lapangan gas D-Alpha ditemukan pada 1973 dan lapangan gas Dara ditemukan pada 2000, hingga saat ini keduanya belum berhasil dieksploitasi.

Harian Kompas pada 23 Juli 2016 dalam opini "Kegiatan Hulu Migas di Laut Natuna", mantan Deputi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Haposan Napitupulu menyebutkan, klaim sembilan garis putus-putus China memang mencakup lapangan gas D-Alpha dan lapangan gas Dara.

Klaim China mencaplok lebih kurang 83.000 kilometer (km) persegi atau 30 persen luas perairan Indonesia di Natuna.

Menurutnya, cadangan migas di lapangan gas D-Alpha dan Dara itu merupakan yang terbesar sepanjang 130 tahun sejarah permigasan Indonesia.

Baca Juga: China Bocorkan 'Perang Dunia Ketiga Bisa Terjadi Kapan Saja,' 150 Pesawat Tempur Sudah Menembus Wilayah Udara Lawan, Apa yang Terjadi?

Di sana terdapat cadangan gas 222 triliun kaki kubik dan 310 juta barel minyak dengan luas 25 x 15 km persegi dan tebal batuan reservoir lebih dari 1.500 meter.

Namun, pemerintah belum mengambil langkah tegas, padahal lokasi itu mengandung cadangan migas terbesar di Indonesia.

Selain itu,sampai kini kedua lapangan gas tersebut belum dapat dieksploitasi karena membutuhkan biaya yang tinggi disebabkan kandungan gas CO2 yang mencapai 72 persen.

Baca Juga: Peta Laut China Selatan Diungkapkan oleh China sebagai Wilayah yang Bakal Dikuasainya Secara Sepihak, Ternyata Ada Wilayah Indonesia Ini di Dalamnya

(*)

Artikel Terkait