Intisari-online.com - Saat ini China merupakan negara dengan status populasi terbanyak di dunia.
Tiongkok, memiliki 1,412 miliar penduduk, kemudian disusul India dengan 1,38 miliar penduduk, lalu AS dengan 336 juta penduduk.
Meski menyandang status negara terpadat di dunia saat ini ada situasi mengkhawatirkan sedang dialami China.
Menurut 24h.com.vn, Sabtu (2/9/21) Cina adalah negara terpadat di dunia, tetapi dengan tingkat kelahiran serendah saat ini, pada tahun 2055, populasi negara ini dapat dikurangi setengahnya.
Menurut sensus 2020, China memiliki 1,4 miliar orang, tertinggi di dunia.
Yang paling mengkhawatirkan adalah angka kelahiran di China adalah 1,3 anak / 1 wanita.
Sedangkan untuk mempertahankan populasi yang stabil, angka kelahiran perlu sekitar 2,1 anak per wanita.
China telah lama gagal mencapai ini, sebagian besar karena kebijakan satu anak.
Meski Beijing merevisi dan kemudian mencabut kebijakan tersebut pada 2015, angka kelahiran terus menurun.
Akibat wajar lain dari kebijakan satu anak adalah bahwa populasi China secara signifikan tidak seimbang.
Bukan hanya karena populasi yang menua, tidak mampu melahirkan anak yang menyumbang sebagian besar, tetapi juga karena proporsi penduduk usia subur didominasi oleh laki-laki.
Selain itu, ada dua faktor penting lainnya yang menyebabkan situasi ini: ekonomi dan sosial.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa tren kenaikan harga real estat telah berdampak negatif pada tingkat kelahiran di Cina.
Selama ledakan ekonomi, harga real estat di negara itu terus meningkat, dan tingkat kelahiran juga menurun.
Menurut Profesor Jiang Quanbao dari Institut Studi Kependudukan dan Pembangunan di Universitas Xi'an Jiaotong.
Jika angka kelahiran negatif saat ini tidak berubah, populasi China bisa berkurang separuhnya pada akhir tahun 2055.
Jika rasio ini terus menurun menjadi 1 anak/1 wanita, pada tahun 2029 penduduk China akan mencapai 700 juta orang.