Menurut Ong, hal ini wajar bagi negara yang memutuskan hidup dengan virus Corona, artinya mereka harus siap menerima 'gelombang penularan besar'.
"Ini hampir seperti ritus peralihan, sebelum manusia dan virus mencapai keseimbangan baru dan keadaan menjadi stabil," sebut dia.
Namun Ong juga khawatir karena gelombang infeksi Singapura 'berbeda' dari yang dialami negara lain.
“Yang lain sayangnya menghadapi gelombang seperti itu di awal pandemi, menimbulkan banyak korban. Bagi kami, kami akan melalui ini hanya setelah kami sepenuhnya memvaksinasi sekitar 80 persen dari populasi kami," katanya.
Rata-rata jumlah kasus Covid-19 di Singapura meningkat dengan tidak wajar dari 146 kasus per hari dua pekan lalu, menjadi 682 kasus per hari sepekan terakhir seperti diungkapkan Kementerian Kesehatan Singapura.
Meski begitu jumlah kasus berat terhitung rendah.
Sampai 16 September ada 77 kasus yang membutuhkan dukungan oksigen, dan 12 berada dalam kondisi kritis di ICU, mewakili 0,1% total infeksi selama 28 hari terakhir.
“Ini sebagian besar disebabkan oleh program vaksinasi, yang telah mencakup 82 persen penduduk kami hingga saat ini. Kejadian penyakit parah tidak merata, sebagian besar berkonsentrasi pada orang yang lebih tua dan terinfeksi yang tidak divaksinasi,” ujar Kementerian Kesehatan Singapura.
“Namun demikian, kita masih berada di awal gelombang penularan baru ini dan harus terus waspada,” imbuh Kementerian Kesehatan Singapura.
KOMENTAR