Intisari-online.com - Setelah resmi menjadi penguasa di Afghanistan Taliban kini membuka peluang untuk bekerja sama dengan banyak negara.
Sebelumnya ada beberapa negara yang sudah tertarik dan mengajukan akan bekerja sama dengan Taliban.
Seperti misalnya, China, Pakistan, Turki, hingga Rusia.
Namun, tampaknya negara-negara itu tak lama lagi akan segera merapat dan membuat perjanjian dengan Taliban.
Sementara itu, menanggapi hal tersebut Amerika memberikan komentar terkait rencana Afghanistan bekerja sama denganbanyak negara.
Menurut Reuters, pada Kamis (9/9/21), Joe Biden mengatakan China akan mendapat banyak masalah jika berurusan dengan Taliban, setelah AS menarik diri.
Hal ini diungkapkan sendiri oleh Joe Biden saat memberikan tanggapannya mengenai negara-negara yang berniat bekerja sama dengan Taliban.
"China benar-benar akan memiliki banyak masalah dengan Taliban," kata Biden ketika ditanya apakah China berencana untuk mendukung Taliban.
Presiden AS juga mengatakan dia yakin tetangga Afghanistan China, Pakistan, Rusia dan Iran akan segera membuat perjanjian kerjasama dengan Taliban.
Sebelumnya, pasukan tersebut telah menekankan perubahannya dalam hubungannya dengan China.
Mereka menyatakan kesiapannya untuk mencegah kekuatan apa pun menggunakan wilayah Afghanistan untuk mengancam China.
Menurut Reuters, Taliban juga berharap untuk terus bekerja sama dalam kerangka proyek infrastruktur Belt and Road Initiative (BRI) China.
Di pihak Rusia, Kremlin mengatakan belum membuat keputusan apakah akan mengakui Taliban sebagai pemerintah resmi Afghanistan.
"Kami mengamati dengan sangat hati-hati segala sesuatu yang terjadi di sana, dan yang paling penting, kami masih mencoba mencari tahu bagaimana janji mereka, klaim mereka, akan berkorelasi dengan tindakan mereka. Tindakan mereka di masa depan atau tidak," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Taliban pada hari yang sama mengumumkan nama-nama orang yang akan memegang jabatan menteri penting dalam pemerintahan baru di Afghanistan.
Termasuk Mullah Mohammad Hasan Akhund, yang menjabat sebagai wakil perdana menteri dalam pemerintahan Taliban pada 1990-an. .
Taliban juga dikatakan telah mengirim undangan ke Rusia, Cina, Turki, Iran, Qatar dan Pakistan untuk menghadiri acara pribadi untuk pengumuman pemerintahan baru Afghanistan, Reuters melaporkan.