Intisari-Online.com - Sejak melepaskan diri dari Indonesia, mata uang Timor Leste adalah dolar AS.
Negara yang pernah menjadi bagian Indonesia ini melepaskan diri tahun 1999 melalui referendum yang digelar pada 30 Agustus tahun itu.
Kemerdekaan Timor Leste diakui secara Internasional 19 tahun lalu, tepatnya pada 20 Mei 2002.
Sementara, penggunaan dollar AS sebagai mata uang resmi Timor Leste dimulai sejak tahun 2000.
Dikutip dari laman Peacekeeping Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), dollar AS dipilih sebagai mata uang resmi di Timor Leste sejak tahun 2000 dengan dikeluarkannya Regulation 2000/7 pada 24 Januari 2000.
Aturan tersebut berbunyi, bahwa semua transaksi resmi harus menggunakan dollar AS. Namun, masyarakat masih diperbolehkan menggunakan mata uang lain yang juga masih banyak beredar.
Di antaranya rupiah, bath (Thailand), escudo (Portugis), dan dollar Australia.
Pemilihan dollar AS sebagai mata uang Timor Leste sebenarnya pernah mendapat protes dari warga Timor Leste sendiri. Lalu, mengapa mata uang ini tetap dipilih dan digunakan di negara muda tersebut sampai saat ini?
Pada awal penerapannya, penggunaan dollar AS menimbulkan gelojak di tengah masyarakat.
Itu karena nilai dollar AS sangat tinggi untuk ukuran standar harga barang dan jasa di Timor Leste.
Dengan Timor Leste menerapkan dollar AS sebagai mata uang resmi negara, membuat harga-harga barang dengan cepat melambung tinggi.
Namun, pemerintah Timor Leste tidak bergeming, dan beranggapan bahwa penggunaan dollar AS tidak berpengaruh pada harga.
Justru masyarakatkah yang diminta menyesuaikan melalui pengaturan jumlah barang atau jasa.
Selain itu, menurut pemerintah, kenaikan harga-harga barang di masa transisi bukan karena penggunaan dollar AS, melainkan terjadi karena adanya prinsip pasar (permintaan dan penawaran).
Keputusan untuk mengadopsi dollar AS yang dibuat oleh PBB dan pemerintah Timor Leste disebut diambil untuk menyelamatkan negara dari ketidakstabilan politik dan ekonomi.
Alasan UNTAET (PBB) dan pemerintahan transisi Timor Leste saat itu untuk memilih dollar AS, karena mata uang tersebut stabil dan kuat serta diterima di seluruh dunia.
Keputusan itu kemudian disahkan oleh National Concultative Council (NCC) yang wewenang dan tugasnya mirip dengan MPR RI di Indonesia.
Adopsi dolar diyakini membuat lebih mudah bagi investor asing untuk berdagang dan melakukan bisnis di negara tersebut.
Uang dollar AS disuplai secara langsung dari Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed sejak tahun 2000.
Baik PBB maupun pemerintahan transisi, saat itu mengklaim bahwa penggunaan dolar AS hanya dilakukan selama dua hingga tiga tahun setelah merdeka dari Indonesia.
Namun, pada kenyataannya, sampai saat ini mata uang resmi Timor Leste masih dollar AS.
Meski secara teori penggunaan dollar AS bisa menguntungkan Timor Leste, namun pada kenyataannya kondisi ekonomi negara tersebut masih belum stabil.
Harga-harga barang pun relatif lebih mahal dibandingkan saat masih menjadi bagian wilayah Indonesia.
Kini, Timor Leste masih bergelut dengan kemiskinan dan ekonomi yang tidak stabil. Sehingga tampaknya,program mempersiapkan mata uang sendiri tak masuk dalam agenda prioritas pemerintah.
(*)