China dan Rusia sudah memanfaatkan diplomasi vaksin sebagai alat untuk memperluas pengaruh mereka.
Mereka membuat vaksin sendiri untuk dijual ke negara lain, dengan motif mereka mengurangi dampak epidemi di negara sendiri dan temukan kesempatan dan pengaruh baru.
Upaya ini telah mendapatkan keberhasilan jangka pendek, dengan Sinovac dan Sinopharm dari China menjadi vaksin yang paling banyak dipakai di dunia.
Selanjutnya saat ini hampir semua negara di Asia Tenggara kesulitan menangani ledakan infeksi akibat varian Delta.
Pertengahan Agustus lalu, tingkat kasus di Indonesia, Thailand, Filipina dan Vietnam tumbuh secara eksponensial.
Hal ini berdampak pada ekonomi regional dan tekanan berat pada sistem kesehatan nasional.
Vaksinasi juga lambat di Asia Tenggara karena stok vaksin yang sedikit.
Pakar kini menyoroti Australia, negara tetangga bagi Asia Tenggara, yang belum maksimal membantu negara-negara Asia Tenggara.
KOMENTAR