Walau begitu, masyarakat Timor Leste boleh menggunakan mata uang lain.
Misalnya Rupiah, Bath (Thailand), Escudo (Portugis), dan Dollar Australia.
Pada saat itu, UNTAET (PBB) dan pemerintahan transisi Timor Leste yang memilih.
Alasannya karena mata uang Dollar AS stabil dan kuat serta diterima di seluruh dunia.
Walau begitu, pada awal penerapan, penggunaan Dollar AS menimbulkan gelojak di tengah masyarakat.
Sebab, nilai Dollar AS sangat tinggi untuk ukuran standar harga barang dan jasa di negara bekas koloni Portugis tersebut.
Akibatnya harga-harga barang dengan cepat melambung tinggi.
Namun pemerintah Timor Leste tidak bergeming dan tidak berpengaruh pada harga.
Malah mereka meminta masyarakatlah yang harus menyesuaikan diri.
Sebagai contoh, harga beras apabila dibeli dengan Rupiah adalah seharga Rp5.000 per liter.
Namun bukan berarti setelah transisi harga beras 1 liternya kemudian dihargai 1 Dollar AS.
Yang berlaku adalah, saat seorang membeli beras dengan mata uang sebesar 1 Dollar AS, maka beras yang didapatkan harus lebih banyak dari 1 liter.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR