Baru Tiga Hari Tinggalkan Afghanistan, Taliban Baru Sadar Ternyata Sudah Dikadali Amerika Dengan Cara Sepele Ini, Pantas Taliban Sampai Mencak-Mencak Setelah Mengetahuinya

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Faktanya, sebelum Amerika pergi tentaranya merusak beberapa senjata militer yang ditinggalkan di Afghanistan.
Faktanya, sebelum Amerika pergi tentaranya merusak beberapa senjata militer yang ditinggalkan di Afghanistan.

Intisari-online.com - Amerika telah meninggalkan Afghanistan secara penuh pada 31 Agustus lalu.

Tanggal tersebut, adalah batas terakhir bagi militer Amerika untuk meninggalkan Afghanistan semenjak Taliban menguasai negara tersebut.

Namun, hanya selang 3 hari sejak kepergian Amerika dari Afghanistan, Taliban marah-marah merasa dikhianati Amerika.

Amerika yang meninggalkan Afghanistan ternyata tidak hanya pergi tetapi meninggalkan jejak yang membuat Taliban marah besar.

Baca Juga: Sukses Usir Pasukan Amerika dariAfghanistan, Al-Qaeda Juga Minta Taliban 'Bersihkan' Lembah Kashmir dari Non-Muslim, Awas Bisa Perang dengan India!

Melansir Daily Mail, militer Amerika melakukan tindakan tak terduga dengan menghancurkan semua alat militer yang ditinggalkan di Afghanistan.

Awalnya Taliban merasa mendapatkan banyak senjata militer cuma-cuma dari peninggalan Amerika.

Faktanya, sebelum Amerika pergi tentaranya merusak beberapa senjata militer yang ditinggalkan di Afghanistan.

Talibanyang berbicata pada seorang reporter Al Jazeera, mengatakan bahwa AS seharusnya membiarkan semuanya dalam kondisi normal karena mereka adalah milik negara dan Taliban adalah pemerintah baru.

Baca Juga: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi, Sudah Ditinggal Pasukan Amerika dan Negaranya Dikuasai Taliban, Kini 38 Juta WargaAfghanistan Akan Hadapi Krisis Kelaparan

"Mereka kecewa, marah dan merasa dikhianati karena jumlah senjata yang dirusak AS tidak bisa diperbaiki," kata reporter Al Jazeera.

Jenderal Frank McKenzie, komandan Komando Pusat AS (CENTCOM), sebelumnya mengklaim pasukan AS telah "menetralisir" 73 pesawat sebelum meninggalkan ibu kota Kabul.

Selain pesawat, militer AS juga meninggalkan sekitar 70 kendaraan lapis baja tahan ranjau (MRAPV) masing-masing senilai sekitar 1 juta USD, 27 kendaraan taktis Humvee di bandara Kabul.

Untuk saat ini, Taliban berharap untuk melanjutkan penerbangan komersial dari bandara Kabul.

Menurut inspeksi resmi Washington pada 30 Juni, Angkatan Udara Afghanistan (AAF) mengoperasikan 167 pesawat, termasuk 108 helikopter.

Sebelum Taliban menguasai Kabul, Uzbekistan mengkonfirmasi 46 pesawat Afghanistan, termasuk 24 helikopter, telah meninggalkan Afghanistan untuk menghindari jatuh ke tangan gerakan tersebut.

Baca Juga: Bisa-bisanya Taliban Konvoi Sambil Pamer Alat-alat Militer AS yang Dirampas, Tapi Tak Becus Mengoperasikan dan Harus 'Merengek' Minta Bantuan

Taliban dikatakan telah meminta orang-orang bersenjata untuk melacak pilot dari AAF yang dibubarkan,mereka dilatih oleh AS dan sekutunya untuk menerbangkan pesawat dan helikopter berteknologi tinggi itu.

Tanpa pilot ini, ngoperasikan pesawat modern hampir tidak mungkin bagi pemula.

Saat ini Taliban dan pejuang yang setia kepada pemimpin Ahmad Massoud putra "Singa Panjshir" Ahmad Shah Massoud bertempur di lembah Panjshir pada 2 September, lebih dari dua minggu setelah Taliban menguasai Afghanistan.

Kedua belah pihak membuat pernyataan yang bertentangan tentang pertempuran tersebut.

Panjshir adalah satu-satunya provinsi Afghanistan yang belum dikendalikan oleh Taliban.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menegaskan, "Kami memulai operasi militer setelah proses negosiasi dengan organisasi bersenjata lokal gagal. Musuh menderita kerugian besar."

Baca Juga: Jor-joran Bantu Taliban, Negara Terkaya di Dunia yang Juga Lakukan 'Diplomasi Masjid' di Asia Tengah Ini Kini Muncul Sebagai Pialang Kekuatan di Afghanistan, Ada Udang di Balik Batu?

Sementara itu, Front Perlawanan Nasional Afghanistan (NRFA) mengklaim pemberontak memiliki kendali mutlak atas semua pintu masuk ke Panjshir, sambil memukul mundur upaya Taliban untuk merebut distrik Shotul.

"Musuh berulang kali mencoba memasuki Shotul dari Jabul-Saraj tetapi semuanya gagal," kata juru bicara NRFA, merujuk pada kota di provinsi tetangga Parwan.

Artikel Terkait