Penulis
Intisari-Online.com -Setelah Afghanistan jatuh ke tangan Taliban, kondisi negara itu semakin carut marut.
Apalagi beberapa hari setelah Afghanistan jatuh ke tangan Taliban, pasukan Amerika Serikat resmi tinggalkanAfghanistan.
Kini, masalah baru muncul di negara itu.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Jumat (3/9/2021), para pejabat memperingatkan bahwa persediaan makanan yang ditinggalkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mungkin akan habis dalam sebulan.
Ramiz Alakbarov, kepala kemanusiaan PBB di Afghanistan, mengatakan sekitar sepertiga dari populasi Afghanistan, 38 juta orang, tidak tahu apakah mereka akan memiliki makanan setiap hari.
Dalam beberapa minggu terakhir, Program Pangan Dunia PBB mendistribusikan makanan ke seluruh negeri.
Tetapi laporan saat ini menunjukkan kelangkaan diperkirakan terjadi.
Dengan mendekatnya musim dingin dan kekeringan yang sedang berlangsung di negara itu, para pejabat memperingatkan negara itu akan membutuhkan setidaknya 200 juta Dollar AS untukmakanan.
Sebelumnya, pejabat PBB mengatakan bahwa 1,3 miliar Dollar AS akan dibutuhkan untuk keseluruhan upaya bantuan di negara tersebut.
Tapi baru sekitar 39 persen yang diterima.
“Pada akhir September, stok yang dimiliki Program Pangan Dunia di negara itu akan habis,” kata Alakbarov.
“Kami tidak akan dapat menyediakan barang-barang makanan penting itu karena kami akan kehabisan stok.”
Karena makanan hampir habis, maka produk yang tersisa melonjak harganya.
“Jika situasi terus seperti ini dan tidak ada pemerintah yang mengendalikan harga, itu akan menyebabkan begitu banyak masalah bagi masyarakat setempat,” kata Mohammad Sharif, seorang penjaga toko di ibu kota Kabul, mengatakan kepada ABC News.
Selain itu, ada laporan tentang antrian panjang di luar bank karena cadangan uang tunai menipis.
Warga Afghanistan di Kabul telah berusaha mendapatkan uang mereka secara tunai.
Ini karena mereka takutekonomi negara itu runtuh.
Dalam sebuah posting blog, dua rekan rekan dari lembaga think tank urusan internasional di London mengatakan ekonomi Afganistan terpuruk.
"Ekonomi Afganistan sedang terpuruk karena beberapa hal," tulis Mark Bowden dan Martin Barber, rekan kerja di Chatham House di blog.
"Misalnya oleh penutupan bank-bank dan kantor-kantor yang menerima pengiriman uang, jatuhnya nilai mata uang, kekurangan makanan dan bahan bakar di kota-kota, inflasi harga, gangguan perdagangan, dan ketidakmampuan untuk membayar upah."
Harga telah melonjak di pasar-pasar di ibukota Kabul karena ekonomi diperkirakan akan runtuh dalam beberapa minggu, kata para pejabat.
Hans-Jakob Schindler, seorang mantan diplomat Jerman, mengatakan kepada NBC bahwa keruntuhan ekonomi mungkin terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.