Intisari-Online.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (13/7/2021) lalu mengatakan, praktik mengombinasikan vaksin Covid-19 yang berbeda dalam pelaksanaan vaksinasi virus corona bagi masyarakat tidak dapat diputuskan oleh individu, melainkan oleh badan-badan publik dengan bergantung pada data yang ada.
Praktik kombinasi ini mungkin menarik bagi masyarakat di negara-negara yang mengalami kekurangan pasokan vaksin.
Namun, untuk melakukannya diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan imunogenisitas dan keamanannya.
Demikianlah yang dikatakan juru bicara WHO mengutip Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan organisasi tersebut, dalam konferensi pers rutin yang diadakan oleh Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa (UNOG).
"Data dari studi kombinasi vaksin yang berbeda tengah ditunggu. Imunogenisitas dan keamanannya perlu dievaluasi," kata Swaminathan sebagaimana dikutip dari Xinhua.
Meski demikian, Thailand melakukan praktik kombinasi vaksin yang berbeda.
Thailand pada Juli menjadi negara pertama di dunia yang mencampur vaksin China Sinovac dan vaksin yang dikembangkan Barat AstraZeneca ketika kasus dan kematian di negara itu melonjak dan pemerintah berjuang dengan pasokan vaksin.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR