Advertorial
Intisari-online.com -Tidak diragukan lagi, dunia masih perlu suntikan imunitas untuk memastikan seluruh umat manusia bisa kebal dari Covid-19.
Indonesia pun sudah memprogramkan suntikan ini.
Suntikan ini dinamakan suntikan booster Covid-19, yang saat ini diprioritaskan untuk para tenaga kesehatan (nakes).
Banyak juga yang menyebutnya vaksin dosis ketiga.
Ternyata, suntikan booster Covid-19 bukanlah vaksin dosis ketiga.
Selama ini kita malah dengan salah kaprah menyebutnya seakan sama saja.
Lantas, apa bedanya? Dan apa manfaat dari suntikan booster?
Melansir thehealthy.com, suntikan booster dan vaksin dosis ketiga ternyata memiliki perbedaan sangat mendasar.
Dosis ketiga adalah dosis vaksin untuk orang-orang yang imunnya tidak merespon secara optimal kepada dua dosis awal.
Hal itu disampaikan oleh William Schaffner, MD, mantan anggota dewan Pakar Penyakit Infeksi Amerika Serikat.
Contohnya adalah para pasien transplantasi organ dan yang memiliki gangguan imunitas.
Mereka tidak mampu membentuk imunitas sebaik orang-orang sehat pada umumnya.
Vaksin dosis ketiga bukanlah booster.
Orang-orang dengan imun lebih lemah dari orang kebanyakan bisa mendapatkan suntikan vaksin ketiga 28 hari sejak mendapatkan dosis kedua vaksin Pfizer atau Moderna.
Secara kontras, booster adalah dosis tambahan untuk orang yang sehat.
Bayangkan booster sebagai 'ajaran tambahan' bagi sistem imun manusia sehat.
"Booster membangunkan sistem imun lagi dan mendorongnya ke tingkat yang lebih kuat," ujar John Zaia, MD, direktur di Pusat Terapi Gen di City of Hope, Duarte, California.
Dosis suntikan ketiga dan booster sama, tapi penggunaannya adalah pada waktu penyuntikan dan siapa yang memakainya.
Jika dipakai orang yang memiliki imun lemah maka dinamakan suntikan vaksin dosis ketiga.
Namun jika dipakai orang yang sehat maka dinamakan suntikan booster.
Booster bermanfaat untuk menguatkan lagi sistem imunitas manusia.
Walaupun orang sehat biasanya punya kekebalan yang bisa merespon vaksin, tapi terkadang respon antibodi itu perlahan-lahan menurun seiring berjalannya waktu, seperti dikatakan Dr. Schaffner, profesor penyakit menular di Vanderbilt University, Nashville.
Vaksin dari penyakit lain pun juga mengalami proses ini, contohnya tetanus.
Hal tersebut normal terjadi pada sistem imunitas manusia.
Sedangkan untuk vaksin Covid-19 karena merupakan vaksin penyakit baru maka ilmuwan masih menentukan tepatnya berapa lama imunitas vaksin bertahan.