Intisari-Online.com - Setelah 20 tahun, Taliban mendapatkan kembali kendali atas Kabul pada 15 Agustus dan menjadi otoritas tertinggi Afghanistan.
Setelah perebutan Kabul, Taliban tampaknya mengikuti norma-norma internasional dan mencari hubungan baik dengan tetangga mereka.
Tetangga Afghanistan, seperti China, India, Iran, Rusia, dan negara-negara Teluk, mengejar hubungan dengan Taliban untuk kepentingan mereka sendiri.
Tapi dari semua tetangga Afghanistan, Qatar adalah pemenang utama mengikuti perkembangan terakhir.
Perlu diketahui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Qatar sukses mencatatkan namanya sebagai negara terkaya di dunia.
Melansir dari Kompas.com, Qatar memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar paritas daya beli (PP) mencapai 132.886 dollar AS.
Angka itu jauh di atas Indonesia yang hanya memiliki PDB atas PPP sebesar 13.998 dollar AS.
Dibandingkan negara Teluk lainnya, cadangan minyak Qatar tak sebesar Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait.
Akan tetapi, jumlah penduduk yang jauh lebih sedikit membuat negara ini kaya.
Berdasarkan data yang dirilis BP Statistical Review of World Energy 2020, Qatar memiliki cadangan minyak sebesar 25,2 miliyar barrel pada 2019.
Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan 20 tahun lalu yang hanya mencapai 13,1 miliar barrel.
Selama periode pemerintahan Taliban antara 1996-2001, Qatar, seperti tiga negara Arab Saudi, UEA dan Pakistan, tidak mengakui rezim tersebut, meskipun memiliki interaksi yang luas dengannya, sehingga pada tahun 2013, dengan izin Amerika Serikat, membuka kantor politik Taliban di Doha.
Qatar dengan demikian mampu menjadi pusat negosiasi dengan Taliban karena mampu menjalin hubungan yang baik dan netral dengan semua pihak.
Dr. Mohammad Salami, pakar Geopolitik, dalam artikelnya yang diterbitkan di Eurasiareview.com, Rabu (1/9/2021), mengatakan bahwa Qatar telah menjadi penengah diplomatik dan perantara perdamaian dalam beberapa tahun terakhir.
Hal itu berkat kekayaan minyak dan gasnya yang kaya dan kesediaannya untuk berperan sebagai perantara netral dalam berbagai konflik politik.
Qatar membantu Taliban membebaskan para pemimpin kuncinya dari kamp penahanan Teluk Guantanamo, menghapus komandannya dari daftar hitam Barat, dan menukar tahanan mereka dengan tahanan pemerintah Afghanistan.
Taliban tidak akan melupakan bantuan orang Qatar dan akan memberi mereka hadiah.
Qatar sedang memikirkan pengaruh mereka di Asia Tengah.
Afghanistan dipandang sebagai jembatan untuk memperluas pengaruh keuangan, ekonomi dan ideologi Qatar di Asia Tengah.
Di Asia Tengah, Qatar mulai membangun masjid megah melalui diplomasi masjid, dan memperluas kerjasama ekonomi dan investasi di bidang minyak, gas, pertambangan, perbankan, industri pertanian, dan bahkan kerjasama pendidikan dan budaya dengan Tajikistan, Kazakhstan, dan Turkmenistan.
Investasi adalah salah satu cara Qatar untuk mempengaruhi masa depan Afghanistan.
Qatar menggunakan investasi internasional sebagai alat untuk memajukan tujuan kebijakan luar negerinya.
Qatar berusaha menjadi bagian integral dari politik Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban, terutama melalui investasi dan bantuan keuangan dan partisipasi dalam rekonstruksi. Taliban membutuhkan uang untuk tetap berkuasa.
Sejarah telah menunjukkan bahwa negara-negara Teluk, selain berinvestasi di negara-negara pasca-perang, memiliki kemungkinan yang sama untuk campur tangan di negara-negara berkembang pasca-konflik.
Ini telah disaksikan baik di kawasan Teluk Persia (seperti di Irak dan Yaman) maupun di luar kawasan (seperti Libya dan Suriah).
(*)