Varian Baru Covid-19 Kembali Terdeteksi di Afrika Selatan, Bagaimana Tingkat Penularannya?

May N

Editor

Ketua Umum IDI bagikan tips agar terhindar dari virus Covid-19 varian baru
Ketua Umum IDI bagikan tips agar terhindar dari virus Covid-19 varian baru

Intisari-online.com -Varian virus Corona baru kembali dideteksi di Afrika Selatan.

Kali ini varian ini memiliki banyak mutasi.

Namun para peneliti ini belum bisa memastikan apakah varian tersebut lebih menular atau tidak.

Keampuhan vaksin melawan varian baru ini juga belum diketahui.

Baca Juga: Setahun Lebih Indonesia Dilanda Covid-19, Dikhawatirkan Bakal Timbulkan Pandemic Fatigue, Apa itu dan Bagaimana Mengatasinya?

Melansir Kontan dari Reuters, varian tersebut adalah varian C.1.2 (Beta).

Varian Beta pertama kali dideteksi Mei lalu dan sudah menyebar ke sebagian besar provinsi di Afrika Selatan dan ke tujuh negara lain di Afrika, Eropa, Asia, dan Oseania.

Saat ini, varian baru tersebut telah bermutasi dan terkait dengan varian lain yang memiliki kemampuan penularan yang lebih tinggi, serta mampu menurunkan kemampuan antibodi penetralisir.

Para ilmuwan di Afrika Selatan saat ini masih belum yakin, bagaimana gabungan berbagai varian tersebut memengaruhi perilaku virus.

Baca Juga: Walau Jadi Syarat Bepergian, Inilah Beberapa Alasan Logis Mengapa Anda Tak Perlu Mencetak Sertifikat Vaksin Covid-19

Tes laboratorium sedang dilakukan untuk menentukan seberapa baik varian dinetralkan oleh antibodi.

Varian Beta pertama kali dideteksi dari Afrika Selatan.

Varian ini juga menjadi satu dari empat varian virus Corona yang mendapat label khusus WHO.

Hal ini karena varian Beta diyakini menyebar lebih mudah dari versi asli virus Corona penyebab Covid-19.

Baca Juga: Varian Delta Sudah Bikin Pusing Seluruh Dunia Kini Ada Varian Covid-19 Baru, Termasuk Jalur Pango Lebih Berbahaya Man Dari Varian Delta?

Beberapa bukti menunjukkan vaksin bekerja kurang baik untuk melawannya.

Data pengurutan genom dari Afrika Selatan memperlihatkan, varian Beta masih lebih jinak dibandingkan dengan varian Delta yang kini mulai mendominasi.

Pada Juli lalu, varian Beta menyumbang 3% dari sampel, naik dari 1% di Juni.

Sedangkan varian Delta menyumbang 67% pada Juni dan 89% di Juli.

Baca Juga: Sudah Hampir 2 Bulan Inggris Hidup dengan Mengabaikan Prokes dan Covid-19, Terkuak Beginilah Kondisinya Sekarang, Apakah Masih Aman apa Makin Kolaps?

Delta masih menjadi varian tercepat dan terkuat penularannya yang pernah dihadapi sejauh ini.

Parahnya, Delta mulai terdeteksi setelah banyak negara mulai melonggarkan aturan pembatasan sosial.

Artikel Terkait